Seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. reber (1988) seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga university of Innsbruck Austria. Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum
3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985) menedifinisikan psikologi pendidikan sebagai: “a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resources to aid in functioning more effectively in teaching learning process.” Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anak melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriyah hanya berkisar sekitar proses interaksi antarguru-siswa dalam kelas.
Sementara itu, Tardif (1987) mendefinisikan psikologi pendidikan semata-mata sebagai ilmu terapan. Baginya psikologi pendidikan adalah: “sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia dalam usaha-usaha kependidikan”. Adapun ruang lingkupnya meliputi:
1. Context of teaching and learning (situasi dan tempat yang berhubungan dengan belajar dan mengajar)
2. Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar)
3. Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai dari mengajar dan belajar)
Selanjutnya, Witherington dalam bukunya Educational psychology memberikan definisi pendidikan sebagai: “A systematic study of process and factor involved in the educational of human being is called educational psychology.” Yakni bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan factor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Istilah “proses” dalam definisi diatas sesungguhnya amat sulit dipahami substansinya, karena sifatnya yang abstrak. Oleh sebab itu, menurut sebagian ahli, definisi yang langsung menyebutkan penyelidikan terhadap proses belajar atau mengajar akan lebih pas diganti dengan “manusia” yang belajar atau mengajar. Alasanya, apabila Anda sedang mempelajari atau memantau seorang siswa yang sedang berpikir atau memecahkan masalah, maka yang Anda pelajari sesungguhnya adalah siswa tersebut, bukan proses, karena proses berpikir tidak mungkin dapat Anda pelajari, lebih-lebih jika secara langsung. Anda hanya bisa menarik kesimpulan bahwa siswa tersebut sedang berpikir (memecahkan soal-soal) dan fenomena (gejala-gejala) yang tampak pada diri siswa yang Anda pantau itu.
Psikologi pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatian pada perbuatan atau tindak tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian:
1. Siswa, yaitu orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor yang mempengaruhi dan prestasi yang dicapai
2. Guru, yaitu orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode, model, strategi, dan lain lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pengajaran.
Apakah psikologi pendidikan termasuk cabang psikologi yang independen, baik secara teoritis maupun praktis? Memang tidak dapat dipungkiri bahwa psikologi pendidikan dianggap subdisiplin ilmu psikologi yang bersifat praktis, bukan teoritis. Psikologi-psikologi lain yang dianggap sebagai psikologi terapan antara lain psikologi industri dan psikologi klinis. Namun, kedua cabang psikologi ini dipandang telah memiliki konsep-konsep, teori-teori dan metode-metode sendiri sehingga tidak lagi dianggap sebagai subdisiplin tetapi disiplin (cabang ilmu) yang mandiri.
Witherington menegaskan pendiriannya bahwa psikologi pendidikan itu bukan hanya sebagai psikologi terapan yang seolah-olah tidak punya hak hidup sendiri. Alasan yang dikemukakannya adalah psikologi pendidikan sebagai sebuah sains telah memiliki sendiri hal-hal berikut:
1. Susunan prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran dasar yang tersendiri
2. Faktor-faktor yang bersifat objektif dan dapat diperiksa sendiri kebenarannya
3. Teknik-teknik khusus yang berguna untuk melakukan penyelidikan dan risetnya sendiri.
Perdebatan mengenai apakah psikologi pendidikan bersifat praktis, teoritis atau praktis-teoritis, sebenarnya tidak begitu penting. Psikologi pendidikan pada dasarnya adalah sebuah disiplin psikologi (atau boleh juga disebut subdisiplin psikolgi) yang menyelidiki masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Lalu, hasil-hasil penyelidikan ini dirumuskan dalam bentuk konsep, teori dan metode yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar. Alhasil, psikologi pendidikan digunakan sebagai pedoman praktis disamping sebagai kajian teoritis. Karena psikologi pendidikan mengkhususkan diri pada penmahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan.
Sumber:
Sumber:
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kesembilan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Santrock, John. W. 2010. Psikologi Pendidikan. Edisi kedua, Jakarta: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar