Jumat, 16 Maret 2012

Operant Conditiong

Nah, setelah Classical Conditioning, ada lagi nih yang namanya Operant Conditioning. Makanan apalagi sih itu? Bukan, itu bukan makanan (keliatan banget pas buat postingan ini lagi laper berat) *tiba-tiba turun ayam goreng* *fokus fokus* lanjuuuuuuuut!

Nama lain dari Operant Coditioning adalah belajar konsekuensi. Ternyata konsekuensi juga dipelajari ya? Iya, bener! Justru konsekuensi tersebut sangat menentukan apakah sebuah perilaku akan dilakukan lagi di masa yang akan datang atau malah dihilangkan sama sekali. Yah, kurang lebih seperti itulah pengertian Operant Conditioning.

Berhubung berbicara tentang konsekuensi, maka di Operant Coditioning  terdapat tiga buah konsekuensi yang mempengaruhi frekuensi munculnya perilaku:
1.      Positive Reinforcement
Setelah seseorang melakukan sebuah perilaku yang dianggap baik, maka pihak lain akan memberikan sebuah Reinforcement atau ‘penguatan’ yang bersifat positif bisa berupa hadiah atau sekedar kata-kata pujian, dengan tujuan agar perilaku tersebut tetap dilakukan kembali di masa yang akan datang.
2.      Negative Reinforcement
Sebaliknya, jika reinforcement positive bertujuan untuk melestarikan perilaku yang dianggap baik, maka negative reinforcement atau penguatan negatif dilakukan untuk menghilangkan perilaku buruk dan menggantinya dengan perilaku yang dianggap lebih baik. Contoh penguatan negatif adalah sindiriran ketika seseorang tersebut melakukan perbuatan yang buruk.
3.      Punishment
Hal yang penting adalah punishment berbeda dengan negative reinforcement. Hukuman memang bertujuan untuk menghilangkan perilaku buruk. Untuk menghukum juga terdapat rambu-rambu yang harus dipatuhi, yaitu:
·         Tidak diperbolehkan menggunakan hukuman fisik, apalagi yang dapat menghasilkan trauma
·         Jangan hanya menghukum tapi berikan juga penguat positif pada perilaku yang benar untuk menggantikan perilaku yang ingin dieliminir melalui hukuman
·         Jangan menghukum “orangnya” tapi “perilakunya”. Hentikan hukuman bila perilaku telah berhenti
·         Jangan campuradukkan hukuman dan hadiah untuk perilaku yang sama
·         Sekali telah memutuskan untuk memulai hukuman, jangan pernah mundur lagi. Karena hal itu akan menghasilkan keambiguan dalam penghilangan perilaku buruk tersebut.

Untuk lebih jelasnya, saya juga telah menghadirkan salah satu kisah saya (saat kecil) tentang Operant Conditioning. Selamat Membaca ^.^

Keadaan belajar operan ini juga terjadi di masa kanak-kanak saya. Lebih spesifiknya lagi,  belajar dengan reinforcement positif dari kedua orangtua saya. Dahulu, ketika saya berhasil melakukan puasa pada bulan Ramadhan sebanyak 30 hari penuh, maka orangtua saya berjanji untuk memberikan hadiah, hadiah yang tentu saja saya inginkan pada saat itu. Hingga suatu saat saya berhasil melakukannya, Dan sesuai dengan kesepakatan, mereka memberikan hadiah kepada saya. Ternyata lebih dari itu, saya juga mendapat ‘penguatan positif’ dari lingkungan keluarga besar saya berupa pujian dan hadiah uang Tunjangan Hari Raya yang lebih besar dibanding ketika saya tidak berpuasa penuh selama satu bulan. Tentu saja hal itu mendatangkan rasa senang kepada saya. Ternyata berlapar-dan-haus selama 1 bulan mendatangkan keuntungan, Tidak sia-sia, pikir saya saat itu. Dan saya semakin termotivasi untuk berpuasa lagi dan lagi.
Tetapi kemudian hal ini disesuaikan dengan pertambahan umur saya. Orangtua dan keluarga besar, tidak selamanya bisa memberikan reinforcement positif seperti yang saya tuliskan diatas tadi. Selain saya beranjak dewasa (bagi seorang perempuan yang kemungkinan tidak bisa berpuasa penuh selama 1 bulan), dorongan dari dalam diri saya juga mengatakan untuk tidak lagi menggantungkan tingkah laku saya -berpuasa penuh di bulan Ramadhan- dengan imbalan THR dan pujian. Dan saya mencoba untuk menggali esensi puasa di bulan Ramadhan yang sebenarnya, berpuasa karena Allah, bukan karena imbalan J

Skinner pernah melakukan penelitian mengenai Operant Conditioning menggunakan seekor tikus. 
Skinner Box

Skinner menempatkan seekor tikus di dalam sebuah kotak yang dikenal sebagai Skinner Box. Awalnya, perilaku yang bisa diamati pada tikus tersebut adalah tikus mulai mencakar-cakar dinding kotak, membaui serta mengamati sekelilingnya. Dengan tidak sengaja, ketika masih dalam proses meng'observasi' sekelilingnya, tikus tersebut menyentuh tuas makanan, kemudian makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus menyentuh tuas, maka Reinforcement yang akan ia dapatkan adalah makanan. Sehingga tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali dia menekan tuas, maka ia akan mendapatkan makanan, dan pribabilitas perilaku tersebut (menekan tuas) akan semakin besar.



1 komentar:

  1. terima kasih,, tulisannya bisa membantu saya memahami operan condition

    BalasHapus