Sabtu, 28 Juni 2014

Review Hasil Presentasi Kelompok dan Testimoni Perkuliahan Paedagogi T.A 2013/2014



Review Hasil Presentasi Kelompok 9
         Kelompok 9 pada awalnya diberi kesempatan untuk presentasi pada hari kuliah ganti Paedagogi, Jumat (30 Mei 2014), namun tidak ada anggota kelompok yang hadir maka presentasi tidak dilaksanakan dan diganti pada hari Senin (16 Juni 2014). Kami beruntung diberikan kesempatan kedua dari Bu Dina untuk presentasi, karena jika tidak maka tidak aka nada nilai presentasi bagi kami.
Menurut saya, presentasi berlangsung cukup baik namun belum maksimal. Ada seorang anggota kelompok yang tidak hadir dan beberapa komentar juga diberikan dari teman-teman dan Bu Dina berkaitan dengan performa presentasi kami, diantaranya:
1.      Pembagian bahan presentasi yang terkesan tidak seimbang.
2.     Isi pengajaran berupa menggambar dan mewarnai sekaligus, yang masih cukup sulit untuk dikerjakan anak TK usia 5-6 tahun. Kondisi siswa pada saat itu juga menunjukkan situasi yang sama, beberapa siswa sulit untuk menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ini menjadi masukan bagi kami untuk pembelajaran selanjutnya, bahwa lebih baik untuk saat tertentu (apalagi diberikan batasan waktu), maka lebih baik anak diberi tugas menggambar/mewarnai saja.
3.      Beberapa slide masih kurang jelas, kurang tajam, dan agak penuh.
4.   Semua anggota kelompok yang hadir (3 orang) berperan menjadi observer, apakah tidak timpang/membahayakan tugasnya yang lain pada saat itu? Situasi kelas dengan 3 buah  meja, maka masing-masing meja memerlukan pengajar yang stand by disana sekaligus berperan sebagai observer. Dengan keadaan seperti ini, peran pengajar sudah dikondisikan sedemikian rupa agar tidak memiliki tugas lain selain total mendampingi siswa di meja belajar. Maka sejauh yang kami lakukan, tidak ada hambatan berarti pada proses ini, setiap pengajar (sekaligus observer) dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
5.    Ada poin yang belum kami paparkan dengan maksimal, yaitu tentang drama. Siswa akan diberikan peran tertentu, dan ditugaskan memerankan peran itu dengan menirukan gayanya dan hal yang biasa dilakukan peran tersebut di depan kelas. Siswa juga diminta memberi penjelasan singkat mengenai peran yang diterimanya (mis. polisi, dokter, putri, dan karakter-karakter lain). Disini saya akan menjelaskan lebih lanjut bahwa kegiatan ini tidak terlaksana dan digantikan dengan tugas untuk menuliskan huruf hijaiyah ‘ha’. Hal ini dikarenakan persiapan yang belum maksimal untuk melaksanakan agenda drama yang dimaksud.
Dan beberapa komentar lain, seperti:
6.      Presentasi yang dilakukan kelompok sudah komunikatif.
7.      Kemampuan menjawab pertanyaan cukup sigap/cepat.

Testimoni Perkuliahan Paedaodi T.A. 2013/2014
Ada banyak pengalaman yang bisa diambil dari perkuliahan Paedagogi selama satu semester ini dengan dosen pengampu Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, M.Pd., Psikolog. Beberapa hal yang belum saya rasakan sebelumnya, bisa saya dapatkan disini. Beberapa diantaranya adalah pengalaman mengajar anak-anak usia dini, pentingnya rasa tanggung jawab sebagai ‘maha’siswa, kedisiplinan waktu, membaca sebelum masuk kelas, menjadi mahasiswa yang aktif, dan lain sebagainya.
Meskipun sempat terjadi konflik namun itu tidak menghambat kelancaran berlangsungnya perkuliahan. Sejauh yang saya rasakan, banyak sekali pelajaran positif dan bermanfaat. Terima kasih kepada dosen pengampu atas kesabarannya membimbing kami, yang mungki beberapa kali berperilaku tidak seperti yang Ibu-ibu harapkan. Ini benar-benar menjadi pembelajaran bagi kami.
Jangan pernah berhenti belajar dan berproses, karena kehidupan adalah universitas yang sesungguhnya.

Minggu, 13 April 2014

Laporan Wawancara Pengajar (TK Dharma Pancasila)

BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar merupakan sebuah kegiatan menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran merupakan semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar, meliputi merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar selanjutnya.
Tujuan guru mengajar adalah mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan mengajar yang unggul dipandang sebagai proses akademik, yang mana siswa akan termotivasi untuk belajar secara berkelanjutan, substansial dan positif terutama berkaitan dengan bagaimana mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Guru adalah aspek sentral dalam kegiatan ini. Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiaran guru yang baik pula. Seorang guru yang baik dipandang sebagai salah satu energi yang memberikan kontribusi positif yang luar biasa terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk membangun minat muridnya.
Guru yang berpengalaman memiliki kemampuan melakukan pengaturan di kelas dan memiliki struktur koseptual untuk memahami peristiwa di kelas, serta mampu mengelaborasi secara baik materi pembelajaran. Mereka tahu bagaiamana “membaca” kelas, dan memahami detail pembelajaran dan bagaimana mentransformasikannya kepada siswa. Guru yang seperti ini biasanya sudah berpengalaman mengajar selama beberapa tahun.
Maka, berdasarkan peran penting guru (diatas) dalam proses pembelajaran, dilakukanlah wawancara yang melibatkan seorang responden (guru) dengan pengalaman mengajar minimal 5 tahun, serta beberapa topik yang akan digali adalah mengenai pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasarinya, bagaimana sudut pandang guru dalam melihat anak didiknya, filosofi dan pendekatan yang digunakan dalam mengajar.
BAB II
HASIL WAWANCARA
Responden wawancara adalah seorang wanita berinisial Y, sudah menikah, berusia 41 tahun yang memiliki pengalaman mengajar selama 8 (delapan) tahun di Taman Kanak-kanak  (TK) Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur No. 71 B. Kualifikasi yang disyaratkan oleh TK Dharma Pancasila adalah guru tersebut haruslah memiliki latar belakang mendidik anak di TK.
Riwayat pendidikan beliau D3 Teknik Komputer di salah satu Universitas Swasta, kemudian melanjutkan pendidikan di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak Tanika Puri yang terletak di Jl. Wahid Hasyim. Lembaga pendidikan ini berbentuk kursus untuk menyiapkan tenaga pengajar di TK, kursus dilakukan selama hanya enam bulan à empat bulan indoor, dan dua bulan outdoor/magang di sebuah TK. Selama dua bulan peserta kursus akan ditugaskan magang di sebuah TK untuk menyiapkan bekal mereka menjadi guru TK sesungguhnya. Kemudian beliau juga melanjutkan pendidikannya di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Setia Budi Mandiri selama 2,5 tahun dan selesai pada tahun 2008. Beliau merasakan manfaat yang signifikan pada profesi beliau saat ini berkat pendidikan yang pernah beliau kecap terdahulu, terutama dua pendidikan terakhirmya. Selain wawancara, saya juga berkesempatan untuk melihat langsung proses belajar-mengajar yang dibawakan oleh ibu Y. Melalui kesempatan inilah saya mendapakan lebih banyak tentang ibu Y pada saat ia mengajar.
Menurut responden, pendidikan di Indonesia belum memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh anak untuk bersekolah, seringnya dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang kurang memadai. Untuk Sekolah Dasar (SD) saja masih terlihat fenomena ini, apalagi di tingkat Taman Kanak-kanak yang bukan merupakan jenjang pendidikan wajib. Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak Indonesia agar Indonesia menjadi Negara yang maju atau setidaknya bisa membantu dan mengubah tingkat perekonomian keluarga yang bersangkutan.
Pembelajaran yang dilakukan di TK Dharma Pancasila mengkuti kurikulum tematik yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan, yang dinilai sudah cukup efektif. Namun dalam pelaksanaannya, kurikulum bersifat fleksibel tergantung pada kebutuhan yang berlaku. Misalnya pada bulan Agustus, tema yang berlaku pada bulan ini adalah tentang “kebutuhanku”. Namun pada bulan Agustus terdapat hari kemerdekaan Indonesia, maka dilakukan penyesuaian tema yang dikolaborasikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Responden merasa senang menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar anak-anak, karena beliau juga memiliki kesenangan dengan anak-anak. Motivasi beliau mengajar di TK adalah merupakan panggilan jiwa untuk dekat dan berinteraksi dengan mereka. Ibu Y menyadari adanya perbedaan karakter yang dimiliki setiap anak. Perbedaan ini memintanya melakukan pendekatan yang berbeda kepada setiap anak, dan hal ini menumbuhkan rasa kesenangan tersendiri.
Ibu Y merupakan guru utama yang mengajar setiap hari. Dalam satu kelas anak terdiri dari 12 orang, yang terbagi menjadi kelompok A (lima orang), dan kelompok B (tujuh orang). Penyatuan dua kelompok ini karena jumlah murid yang relatif sedikit, jadi lebih baik jika disatukan. Sebelum pembelajaran dimulai, ibu Y menyiapkan 3 macam materi pembelajaran yang akan diajarkan pada hari itu. Hampir seluruh tugas kelompok A dan B disamakan, namun ada beberapa tugas yang dibedakan. Misalnya pada tugas menulis, kelompok A diberikan contoh tulisan dalam satu lembar kertas, dan guru meminta mereka untuk mencontoh kata tersebut namun dengan bantuan garis terputus-putus. Tapi bagi anak kelompok B, mereka tidak lagi memerlukan bantukan garis putus-putus, melainkan dengan instruksi saja mereka sudah dapat menyelesaikannya. Tak jarang ibu Y melakukan improvisasi pengajaran ini jika dibutukan (karena disesuaikan dengan kemampuan anak).
Kelompok A berada pada kisaran usia 4-5 tahun, dan kelompok B usia 5-6 tahun. Anak-anak pada kelompok B sudah lebih mandiri dalam menjalankan tugasnya, bahkan sesekali meminta tugas tambahan jika mereka sudah menyelesaikan tugas pada hari itu. Berbeda dengan anak pada kelompok A yang membutuhkan pendampingan ekstra, bahkan tak jarang guru ikut berpartisipasi membantu mereka menyelesaikan tugasnya.
Ibu Y memberikan kelas tambahan (les) setelah jam sekolah. Kelas tambahan tetap dilakukan di TK Dharma Pancasila sekitar pukul 13.00. Dulu pernah beliau membuka kelas tambahan di rumahnya, namun ini tidak berjalan cukup lama karena dibuka pada pukul 15.00 yang merupakan jam istirahat siang, sehingga beliau memutuskan untuk kembali memberikan belajar tambahan di sekolah. Materi yang diajarkan biasanya tentang belajar membaca dan berhitung.
Responden memandang anak sebagai individu yang positif, memiliki karakter unik, berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, serta memiliki kemampuan yang berbeda pula. Pernah suatu ketika, tepatnya 2 tahun lalu terdapat seorang anak yang sulit bersosialisasi dengan orang lain, ternyata ia memiliki masalah dalam keluarga karena kedua orangnya yang kurang harmonis, sering terjadi cek-cok hingga berpisah. Maka, seorang guru haruslah mampu menguasai cara pendekatan kepada anak didik yang disesuaikan dengan keunikan pribadi mereka.
Jika pada suatu kondisi beliau menemukan anak yang membuat keributan, biasanya beliau akan memberikan tugas tambahan kepada anak tersebut. Beberapa alasan anak menjadi ribut adalah karena mereka memang terlalu aktif (karena tugas sudah selesai, ia bisa mengganggu temannya yang lain), perhatiannya mudah teralihkan, sulit berkonsentrasi, dsb.
Ibu Y adalah sosok yang penyayang di mata para muridnya, beliau juga bukan orang yang mudah marah. Namun penggunaan karakter ini yang berlebihan bisa membuat kelas menjadi tidak disiplin, sehingga dibutuhkan ketegasaan sewaktu-waktu untuk menertibkan kelas jika timbul keributan.
Ibu Y menyadari adanya dilema yang terjadi di dunia Taman Kanak-kanak, yang mana pada usia ini anak belum seharusnya mendapatkan pelajaran membaca dan berhitung. Berdasarkan instruksi dari Dinas Pendidikan, TK hanya membuat anak mampu mengenal huruf dan angka. Namun tuntutan dari orang tua -yang menganggap bahwa sebelum masuk SD, anak harus sudah mampu membaca dan berhitung- tampaknya harus dipenuhi. Ditambah lagi persaingan dengan TK lain yang menyediakan fasilitas membaca dan menulis, sehingga mau tidak mau, pembelajaran membaca dan berhitung ini juga diterapkan di TK Dharma Pancasila.
Responden memiliki sosok panutan dalam mengajar, ia adalah kepala sekolah TK Dharma Pancasila periode sebelumnya. Ibu Y mengagumi beliau pada cara mengajarnya karena pada beberapa tahun yang lalu, ibu Y memiliki seorang adik yang bersekolah di TK tersebut, dan beliau berkesempatan langsung mengamati proses mengajar yang dilakukan oleh sosok panutannya itu. Hingga pada saat ini beliau masih mencoba untuk menerapkan hal-hal baik yang ia lihat dahulu.
BAB III
PEMBAHASAN
            Pendidikan prajabatan guru (preservice teacher education) mengacu pada kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membekali calon guru dengan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka butuhkan, untuk melakukan tugas-tugas secara efektif dalam kelas, sekolah, dan masyarakat luas setelah mereka menjalankan tugas sesungguhnya. Pada intinya, calon gurun harus dibekali dengan kemampuan memfasilitasi peserta didik untuk bisa mengakuisisi pengetahuan, mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik, serta mamp berperan aktif dalam masyarakat.
Seperti itu pula yang diterapkan di TK Dharma Pancasila, yang mereka meminta calon pengajar TK disana untuk memiliki kemampuan/kualifikasi pendidikan jenjang Taman Kanak-kanak (status D3 atau minimial kursus). Sampai tahap ini, ibu Y memenuhi kualifikasi tersebut hingga diterimalah ia untuk mengajar disana sejak 8 tahun yang lalu.
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumber daya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Faktor lainnya adalah karena pendidikan tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Padahal dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah telah disebutkan mengenai pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
“Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.”
Namun faktanya, kebijakan ini tidak berjalan dengan mulus. Seringnya, masyarakat kelas bawah tidak mendapat akses pendidikan yang memadai akibat mahalnya biaya pendidikan. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Memang bukan hanya dua faktor diatas yang mempengaruhi mundurnya kualitas pendidikan di Indonesia, namun setidaknya permasalahan inilah yang paling sering dijumpai. Ibu Y telah menyadarinya terutama pada faktor kedua. Memang inilah hal yang harus diketahui oleh para pendidik. Karena dengan begitu, jika mereka menjumpai anak yang mampu mengecap bangku sekolah (dalam hal ini TK), maka para guru tersebut tidak akan menyiakannya. Bisa saja mungkin para guru akan membangun inisiatif untuk mendidik anak-anak yang kurang mampu (faktor #1) serta membangkitkan kemampuan dirinya sebagai guru untuk memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya (faktor #2).
Mekanisme pembelajaran yang diberlakukan pada TK Dharma Pancasila adalah dalam satu hari, guru memberikan 3 materi dalam durasi 60 menit (maksimal untuk satu materi berdurasi 20 menit). Ibu Y akan memberikan 3 buah instruksi sekaligus, kemudian anak akan mengerjakannya secara berurutan. Sangat baik jika memisahkan jenis tugas untuk kelompok A dan B yang disesuaikan pada materi dan kemampuan mereka. Ibu Y telah melakukan hal tersebut selama ini namun tidak untuk semua tugas, sehingga hal ini berdampak pada perbedaan waktu yang signifikan bagi anak kelompok A dan B saat menyelesaikan tugasnya. Pada suatu waktu anak kelompok B telah menyelesaikan ketiga tugas, sehingga mereka cenderung ‘menganggur’ setelah itu meskipun ada beberapa anak yang meminta tugas tambahan. Namun pada kelompok A, mungkin saja anak masih mengerjakan tugas kedua atau malah masih ada yang mengerjakan tugas pertama.
Guru yang dikategorikan baik atau buruk terlihat dari tampilannya di dalam maupun luar kelas. Ada 10 kualitas guru baik yang terdapat di buku Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogo karya Prof. Dr. Sudarwan Danim (2013), lebih tepatnya beliau mengambil dari situs http://www.ripplesofimprovement.com dengan melakukan penambahan sesuai dengan yang beliau pahami. Kesepuluh kualitas tersebut adalah:
1.      Confidence. Tetap memiliki kepercayaan diri meskipun sesekali merasakan kemuduran.
2.      Patience. Bersedia melakukan apa yang harus dilakukan, tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan.
3.      True compassion to their students. Memberikan perhatian ekstra dengan senang hati. Mereka peduli dengan siswanya meski berada diluar tembok kelas.
4.      Understanding. Memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana mengajar. Mereka fleksibel dalam gaya mengajarnya dan menyesuaikannya setiap hari jika diperlukan.
5.      The ability to look at life in different way and to explain a topic in a different way. Melakukan pengajaran berdasarkan bagaiamana siswanya belajar, meskipun ini bukan hal yang mudah.
6.      Dedication to excellent. Menginginkan pencapaian yang maksimal dari siswa dan dirinya sendiri.
7.      Unwavering support. Mendorong siswa untuk berprestasi dan memberikan keyakinan besar bahwa siswa tersebut bisa memahami materi pelajaran dengan baik.
8.      Willingness to help student achieve. Mereka membantu siswa mencapai prestasi terbaik, sehingga tak jarang mereka tetap mengajar ketika bel teah berbunyi. Mereka memberi pelajaran tambahan bagi siswa setelah sesi kelas.
9.      Pride in student’s accomplishment. Mereka sangat bangga dengan siswa yang berhasil mendapatkan nilai yang baik dan memperoleh kehormatan di tengah masyarakat.
10.  Passion for life. Mereka tidak hanya tertarik pada bidangnya, melainkan juga dengan hal-hal lain. Mereka adalah manusia biasa tetapi selalu ada alasan untuk membuat siswa terus maju.
Keterbatasan data yang saya dapatkan pada saat wawancara sangat terbantu dengan data observasi yang saya dapatkan tentang ibu Y saat menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Saya mencoba membahas kualitas yang -secara sadar ataupun tidak- beliau miliki. Sesuai dengan sepengamatan saya, beliau memiliki setidaknya 70 % dari 10 kualitas guru baik diatas. Saya melakukan observasi sebanyak dua kali dan saya optimis bahwa beliau mungkin memiliki 30 % sisanya.
Kemapuan memahami karakter anak yang berbeda merupakan penerapan prinsip pedagogi yang kedua. Prinsip ini berorientasi pada proses mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap keribadian siswa. Ini berarti bahwa jika proses pedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda, setiap anggota memiliki kekhususan unik yang membedakan seorang  murid dari murid yang lain, dan memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati juga. Sejauh yang dapat saya amati, ibu Y sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip ini, sehingga itu akan membantunya memaksimalkan perannya sebagai guru.
BAB IV
KESIMPULAN
Guru memilki peran sentral dalam dunia pendidikan. Guru berperan dalam menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada murid agar mereka mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Guru melakukan perencanaan, pelaksanaaan, penilaian, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar selanjutnya.
Ibu Y merupakan seorang guru, sudah menikah, berusia 41 tahun dan memiliki pengalaman mengajar selama 8 (delapan) tahun di Taman Kanak-kanak  (TK) Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur No. 71 B. Pernah mengikuti kursus di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak Tanika Puri selama 6 bulan. Ibu Y merupakan guru utama di kelas dengan 12 orang anak yang terbagi mejadi dua kelompok, kelompok A (4-5 tahun) dan kelompok B (5-6 tahun). Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah kurikulum tematik yang fleksibel. Di luar jam sekolah ibu Y juga memberikan jam belajar tambahan (les).
Menurutnya, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak agar Indonesia menjadi Negara yang maju serta bisa membantu dan mengubah tingkat perekonomian keluarga yang bersangkutan. Motivasi beliau mengajar kerenakan panggilan jiwa untuk dekat dan berinteraksi dengan anak-anak. Responden memandang anak sebagai individu yang positif, memiliki karakter unik, serta memiliki kemampuan yang berbeda pula.
Ibu Y adalah sosok yang penyayang di mata para muridnya. Di sisi lain, sesuai dengan pengamatan yang saya lakukan, setidaknya beliau sudah memiliki 70 % kemampuan dari 10 kualitas guru yang baik. Saya melakukan observasi sebanyak dua kali dan saya optimis bahwa beliau kemungkinan besar memiliki 30 % sisanya.
Kemapuan memahami karakter anak yang berbeda merupakan penerapan prinsip pedagogi yang kedua. Prinsip ini berorientasi pada proses mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap keribadian siswa. Sejauh yang dapat saya amati, ibu Y sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip ini sehingga itu akan membantunya memaksimalkan perannya sebagai guru.  
BAB V
SARAN
Saran untuk Guru
·         Pada saat mengajar, guru lebih teliti dalam melihat apakah anak sedang dalam kondisi memperhatikan. Jika belum, maka mintalah anak untuk memperhatikan guru, dan jika sudah makan proses mengajar bisa dimulai/dilanjutkan.
Saran untuk Sekolah
·         Menyediakan guru tambahan minimal 1 orang untuk berbagi tugas dalam kelas, baik pada saat mengajar maupun mengontrol anak, agar proses pembelajaran berjalan lebih maksimal.
·         Melakukan pemisahan kelas karena hal-hal dibutuhkan anak pada kelompok A dan B bisa berbeda, serta karakteristik dan kemampuan yang berkembang pada mereka yang juga berbeda.
Saran untuk pewawancara (Interviewer)
·         Sebelum memasuki setting wawancara, sebaiknya iter sudah menguasai teori yang akan diungkap pada saat wawancara, mengetahui hal-hal yang akan diperdalam sehingga mempermudah usahanya mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.
·         Gunakanlah waktu sebaiknya-baiknya, efektif, dan efisien.
·         Berikan reward setelah wawancara dilakukan sebagai bentuk terima kasih kepada responden.
Saran untuk Mata Kuliah Paedagogi
·         Tetaplah lakukan tugas lapangan ini karena dengan begitu mahasiswa akan lebih terlatih untuk melakukan pendekatan dengan orang lain, melatih kemampuan wawancara, serta membuat mahasiswa terjun langsung ke lapangan pendidikan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, P. D. (2013). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: CV. Alfabeta.

Selasa, 08 April 2014

LAPORAN KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TK DHARMA PANCASILA MEDAN

Anggi Gurning                      (091301100)
NovikaSusi Lestari                 (111301025)
NurulFadillah Siregar             (111301071)
Annisa Avinda Ahmad         (121301102)

RANCANGAN PEMBELAJARAN
I.     Latar Belakang Rancangan Pembelajaran
       Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999: 10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif. Selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Montessori menyatakan bahwa usia keemasan adalah masa anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilaku sehari-harinya (Hainstock, 1999:34). Anak juga mengalami perubahan pesat pada kemampuan motorik kasar & halus, serta koordinasi mata-tangan.
           Masa usia dini dapat pula disebut masa kanak-kanak awal. Masa ini dimulai setelah melewati masa bayi, yakni usia 2-3 tahun dan diakhiri sampai saat anak matang secara seksual (atau sekitar 7 tahun). Masa ini merupakan masa dimana terjadi perkembagan yang amat cepat dan perubahann dramatis dalam kognisinya (Lahey, 2007:334). Menurut Piaget anak berada dalam tahapan praoperasional dimana pada masa ini imajinasi anak sangat aktif. Pada akhir tahapan praoperasional (yaitu umur 5-7 tahun), anak memiliki tipe bermain kooperatif yaitu mampu memberi dan menerima secara kooperatif dengan dua anak atau lebih lainnya. (Lahey, 2007:335). Perkembangan kognitif yang berada pada tahap pra operasional ini ditandai dengan penguasaan bahasa dan adanya imitasi.
          Masa kanak-kanak awal disebut usia bermain karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Menurut Piaget masa ini merupakan transisi dari pemikiran sensori motor ke manipulasi objek / symbol (Papalia, 2008). Masa kanak-kanak awal ini disebut pula sebagai masa prasekolah yaitu merupakan masa persiapan sebelum masuk sekolah. Masa ini merupakan masa menjelajah, yaitu anak ingin tahu keadaan lingkungan, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya, & bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Periode meniru tindakan & pembicaraan orang lain, identifikasi pada figur yang ada di lingkungannya yang merupakan awal dari proses identitas diri.
            Dari teori-teori  yang menarik tersebut dapat kelompok simpulkan bahwa masa ini adalah masa emas anak-anak dalam perkembangannya, masa bermain, menjelajah, kooperatif, sangat imajinatif, melakukan imitasi, perkembagan yang amat cepat dan perubahann dramatis dalam kognisi, serta peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya. Oleh karena itu, kelompok memilih anak-anak yang berada pada masa prasekolah, khususnya taman kanak-kanak yaitu pada usia 5-6 tahun.
            Anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi,dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi dalam diri anak. Untuk weujudkan hal itu, secara umum kelompok terilhami untuk membuat kegiatan yang berfokus pada kegiatan belajar menggambar, mewarnai, menghitung, menulis, meniru, dan menempel benda. Beberapa aspek yang ingin dikembangankan dari kegiatan-kegiatan tersebut yaitu bertujuan untuk mengakomodir perkembagan motorik halus yang berkembang pesat, koordinasi mata-tangan, kemampuan visualisasi, memori, imajinasi, dan kreativitas.
            Kelompok akan melakukan kegiatan mengajar selama dua hari. Menurut Sudarwan (2013), mengajar berasal dari kata “ajar” yang bermakna memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran merupakan semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Kegiatan itu mulai dari merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar berikutnya.
            Dalam konteks formal (karena kelompok melakukan kegiatan mengajar di sekolah TK Dharma Pancasila), maka kegiatan mengajar normalnya dilakukan oleh guru. Tujuan guru mengajar adalah untuk mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa. Guru yang cerdas memiliki tiga karakteristik (menurut Sudarwan, 2013) yaitu jujur, integritas, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa.
·         Kejujuran sangat penting bagi kehidupan guru, dan memainkan peran khusus dalam perilaku sebagai contoh yang baik untuk banyak orang.
·         Integritas berupa kelengkapan dan kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi yang menunjukkan sebagai pribadi yang unggul, serta berkemampuan mengendalikan siswa.
·         Berkomunikasi di dalamnya termasuk kemampuan menikmati antusiasme ditengah-tengah kebisingan yang intens bagi anak didik yang sedang tumbuh dan berkembang. Ini berarti guru harus memiliki kemampuan empati, melihat situasi siswa ke dalam dirinya, serta ia juga merupakan pendengar yang baik.
Guru yang mengajar di Taman Kanak-kanak juga tetap diharapkan memiliki karakteristik guru cerdas diatas. Di tambah lagi jika mengingat lingkungan belajar Taman Kanak-kanak yang tidak sepenuhnya kondusif (anak-anak masih sering bermain, berlari-lari dan menimbulkan kebisingan). Maka diharapkan guru memiliki kemampuan yang baik untuk menjadi contoh berperilaku, kemampuan megendalikan siswa, dan tidak perlu tersulut emosi jika berada dalam lingkungan belajar yang tidak kondusif.
Menurut Addine (2001) dalam (Sudarwan, 2013) menyebutkan lima prinsip pedagogi. Namun tiga prinsip pedagogis yang coba kami terapkan dalam kegiatan mengajar ini adalah; Pertama, mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Setiap siswa memiliki kekhususan yang unik yang membedakannya dari yang lain, juga memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati. Setiap siswa mungkin memiliki cara dan penanganan yang berbeda dalam proses belajarnya. Maka guru juga harus sensitif terhadap hal ini agar proses belajar-mengajar bisa berjalan dengan efektif.
Prinsip yang kedua adalah domain kognitif dan afektif tidak berada dalam suasana yang kering. Dalam proses belajar mengajar, kedua domain ini harus diaktifkan agar pelajaran yang siswa dapatkan lebih mudah untuk dipahami. Kemungkinan mengetahui dunia sekitar dan dunianya sendiri, serta pada saat yang sama itu pula, perasaan dan tindakan bisa terpengaruh.
Prinsip yang ketiga adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas melalui proses komunikasi. Selama kehidupannya siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi secara terus menerus yang pada dasarnya proses ini merupakan pendidikan kepribadian.
            Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Diyakini oleh sebagian pakar, bahwa masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan di masa mendatang dan sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009).
            Kelompok akan melakukan kegiatan pengajaran di TK Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur. Di sekolah tersebut terdapat 1 ruang kelas, dengan 20 orang murid, dan 2 orang guru. Lokasi sekolah termasuk kondusif, dengan keadaan bersih, rapi serta terdapat berbagai jenis tumbuh-tumbuhan disana. Sekolah memiliki taman bermain di depan dan di halaman tengah sekolah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas permainan dan pada dinding sekolah, terdapat banyak gambar-gambar menarik. Di dalam ruangan kelas, terdapat papan tulis, berbagai alat peraga, permainan, gambar-gambar seperti binatang, huruf, angka dan lainnya dengan bentuk yang menarik. Meja dan kursi di cat berwarna-warni, dan dikelompok menjadi tiga bagian. Tiap bagian berupa empat meja kecil yang dirapatkan dan kursi dibuat saling berhadapan. Terdapat satu bagian di depan dan dua bagian di belakang. Terdapat rak buku pula khusus untuk masing-masing anak. Ruangan kelas tergolong lumayan luas dan nyaman.

II.  Konsep Rancangan Pembelajaran        
A.    Gambaran Umum Proses Pembelajaran yang Diterapkan oleh Pihak Sekolah
Dari hasil diskusi dengan kepala sekolah dan guru TK Dharma Pancasila yang dilakukan kelompok, diketahui bahwa TK tersebut menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, biasanya guru akan membuat rancangan pengajaran sesuai dengan tema. Jadi, kelompok menyesuaikan materi yang akan disampaikan dengan tema dari TK tersebut, dimana pada jadwal kelompok akan melakukan pembelajaran, tema yang dirancang TK adalah tentang alat komunikasi.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan setiap hari, urutan pengajaran terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1)        Pembukaan (durasi 30 menit), berupa berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut).
2)        Inti (durasi 60 menit), akan dibagi menjadi 3 sesi. Tahap ini berisi penyampaian materi pokok. Guru akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis materi yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain, sehingga setiap kelompok mendapatkan 3 materi selama 60 menit.
3)        Istirahat (durasi 30 menit). Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)        Penutupan (durasi 30 menit). Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.
Dalam proses pengajaran yang akan dilakukan, kelompok akan melakukan 2 (dua) kali pertemuan dengan durasi masing masing pertemuan selama 60 menit.  kelompok akan ikut serta pada tahap inti pengajaran yang akan bekerja sama dengan guru di kelas. Proses perkenalan murid dan anggota kelompok akan dilakukan beberapa hari sebelum pertemuan pertama, pada tahap pembukaan. Pada hari itu pula, kelompok akan melakukan diskusi dan observasi tentang proses belajar dan mengajar yang akan dijadikan bekal bagi kelompok untuk melakukan pengajaran selanjutnya.

B.     Deskripsi Rancangan Kegiatan Pembelajaran
            Selama dua kali pertemuan, terdapat enam kegiatan yang sudah dirancang oleh kelompok, yaitu:
a.    Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi
        Pada kegiatan ini kelompok menyediakan sebuah lembar kerja yang akan dibagikan pada setiap anak. Lembar kerja tersebut terdiri dari kolom nama anak, gambar persegi panjang, dan kata “handphone” di bawah gambar. Contoh lembar kerja dapat dilihat di lampiran.
        Pada tugas ini, anak diminta untuk menggambar bagian layar dan tombol handphone, lalu menomori dengan angka 1-9 dan ditombol paling bawah tengah angka 0. Setelah itu anak dapat mewarnai handphone tersebut. Sebelumnya salah satu pengajar (salah satu anggota kelompok) bertugas memberikan contoh cara menggambar layar dan tombol tersebut di papan tulis.
        Kegiatan ini terinspirasi dari salah satu prinsip dari tiga prinsip yang perlu diperhatikan dalan pendidikan anak usia dini menurut Froebel ( (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009), yaitu the occupation, serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistik. Kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan metode Froebel, antara lain: bermain lilin, kayu kotak-kotak, menggunting kertas, menganyam, meronce, menggambar, menyulam, bahasa dan aritmatika.
        Kelompok menilai, kegiatan ini dapat mengasah kemampuan anak berekspresi dengan kreativitasnya untuk mewarnai dan menggambar model handphone sendiri. Anak juga dilatih menuliskan angka dan mngurutkannya dibagian tombol. Anak juga diajarkan mengeja kata dari bahasa asing yaitu “handphone” untuk pengembangan kemampuan bahasa.
b.   Hitung Handphone-mu!”
        Kegiatan ini berupa kegiatan menghitung jumlah handphone yang disediakan lalu menuliskan jumlahnya di lembar kerja. Pada kegiatan ini kelompok menyediakan sebuah lembar kerja yang akan dibagikan pada setiap anak. Lembar kerja tersebut terdiri dari kolom nama anak, tiga model gambar handphone dan kotak tempat mengisi angka nominal jumlah tiap model handphone. Tiap model handphone memiliki jumlah yang berbeda dan dibuat dalam bentuk potongan-potongan kertas yang terpisah. Contoh lembar kerja dapat dilihat di lampiran.
        Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak yaitu berhitung dengan jumlah 1-20, dan mengenalkan pada anak bahwa satu benda dapat memiliki bentuk beragam (model handphone) sehingga dapat mengembang konsep berpikir anak.
c.    Bermain Drama
        Pada kegiatan ini masing-masing anak diberi  peran tertentu, dan ditugaskan memerankan peran itu dengan menirukan gayanya dan hal yang biasa dilakukan peran tersebut di depan kelas. Anak juga diminta memberi penjelasan singkat mengenai peran yang diterimanya. Peran-peran yang ditugaskan berupa polisi, dokter, tukang bakso, pembeli bakso, guru, penari, orang sakit, penjahat, putri, nenek sihir, dan karakter-karakter lain baik dalam dongeng mapun film kartun. Peran-peran yang berkaitan seperti polisi-penjahat, dokter-orang sakit, ditampikan bersamaan.
        Menurut Smilansky (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009), bermain melalui dramatic play ini sangat penting dalam mengembangkan kreatvitas, inteletualitas, bahasa, keterampilan sosial dan emosional. Melalui kegiatan ini anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan peran yang dapat diterima di lingkungannya, dan juga keterampilan bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok sosial di masyarakat ataupun teman sebayanya.
d.   Menghias Alat Komunikasi
        Pada kegiatan ini anak diberi lembar kerja yang berisi kolom nama dan gambar amplop. Anak ditugaskan untuk menghias amplop tersebut dengan menempelka potongan-potongan kertas origami yang kecil dan beragam warna dan bentuk. Tiap bagian amplop harus terisi penuh dan tidak ada bagianyang tidak tertempel, dan masing-masing bagian amplop harus berisi 1 warna (ada 4 bagian).
Tugas ini bertujuan untuk melatih gerakan motorik halus, yaitu kegiatan yang banyak melibatkan gerak tangan dan jari –jari tangan. Kegiatan ini juga terinspirasi prinsip the occupation menurut Froebel ( (Dr. Yuliani Nurani Sujiono, 2009), yaitu, serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistik. Diharapkan kegiatan ini mengembangkan kreativitas anak, kemampuan spasialnya (ketika berusaha menyatukan  berbagai bentuk potongan origami), dan koordinasi mata-tangan.
e.    Menulis Kata
        Pada kegiatan ini anak ditugaskan menulis kata “SURAT” pada lembar kerja yang telah disediakan. Pada lembar kerja tersebut terdapat contoh kata “surat” yang bergaris tebal, lalu dibawahnya kolom kata “surat” yang bergaris terputus-putus, lalu beberapa kolom kosong dibawahnya.
        Kegiatan ini difokuskan melatih kemampuan anak dalam menulis beberapa bentuk huruf dan membaca kata tersebut yaitu fokus pada perkembangan kognitif,l konsentrasi dan gerakan motorik halus anak.
f.     Meniru Suara Binatang
        Pada kegiatan ini pengajar akan bercerita di depan kelas tentang perjalanan ke kebun binatang dan nantinya menyebutkan jenis-jenis binatang. Anak ditugaskan untuk memperhatikan den mendengar dengan seksama cerita dari pengajar. Ketika pengajar mengatakan salah satu jenis binatang, anak harus menirukan suara binatang yang dimaksud. Misalnya ketika pengajar mengatakan “kucing” maka ana-anak harus bersuara “meoooooow”.
        Kegiatan sederhana ini bertujuan untuk mengembangan kemapuan konsentrasi anak untuk fokus, mengotimalkan pendengaran (auditory), daya imajinasi, memori, serta kemampuan anak untuk menirukan objek yang tidak ada dihadapannya (hanya mengandalkan pengetahuan dan pengalaman mengenai binatang yang pernah didapat sebelumnya).

C.    Pembagian Sekuen Pembelajaran
a.      Pertemuan I
1)      Pembukaan
Sesi ini dibuka oleh ibu guru TK
Durasi : 30 menit
Guru melakukan kegiatan seperti biasa yaitu berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut. Setelah itu, guru memberitahu pada anak-anak bahwa kelompok yang akan memberi pengajaran pada tahap inti.
2)      Inti
Sesi ini dilakukan oleh : kelompok
Durasi                          : 60 menit
Kegiatan                      :
·         Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi
·         Hitung Handphone-mu!”
·         Bermain Drama
                        Ketiga kegiatan tersebut akan dibagi menjadi 3 sesi. Pengajar akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis kegiatan yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Untuk kegiatan pertama dan kedua, setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain. Jadi ada 1 kelompok yang mengerjakan kegiatan pertama (menggambar dan mewarnai alat komunikasi) dan 2 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan kedua (hitung handphone-mu!), lalu dirotasi menjadi sebaliknya , 1 kelompok tadi mengerjakan kegiatan kedua, dan 2 kelompok lagi mengerjakan tugas pertama. Namun untuk materi terakhir (bermain drama), semua kelompok melakukan kegiatan ini bersama. Jadi, setiap kelompok mengerjakan 3  kegiatan selama 60 menit.
3)      Istirahat
Durasi : 30 menit
Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)      Penutupan
Durasi : 30 menit
Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.

b.      Pertemuan II
1)      Pembukaan
Sesi ini dibuka oleh ibu guru TK
Durasi : 30 menit
Guru melakukan kegiatan seperti biasa yaitu berdoa, bernyanyi, menari dan pemberitahuan tentang tema pembelajaran yang akan disampaikan pada hari tersebut. Setelah itu, guru memberitahu pada anak-anak bahwa kelompok yang akan memberi pengajaran pada tahap inti.
2)      Inti
Sesi ini dilakukan oleh : kelompok
Durasi                          : 60 menit
Kegiatan                      :
·         Menghias Alat Komunikasi
·         Menulis Kata
·         Meniru Suara Binatang
                        Ketiga kegiatan tersebut akan dibagi menjadi 3 sesi. Pengajar akan membagi murid menjadi tiga kelompok, dengan 3 jenis kegiatan yang berbeda. Setiap materi membutuhkan waktu 20 menit untuk diselesaikan. Untuk kegiatan pertama dan kedua, setelah 20 menit, materi dirotasi ke kelompok yang lain. Jadi ada 1 kelompok yang mengerjakan kegiatan pertama (menghias alat komunikasi) dan 2 kelompok lainnya mengerjakan kegiatan kedua (menulis kata) lalu dirotasi menjadi sebaliknya  1 kelompok tadi mengerjakan kegiatan kedua, dan 2 kelompok lagi mengerjakan tugas pertama. Namun untuk materi terakhir (meniru suara binatang), semua kelompok melakukan kegiatan ini bersama. Jadi, setiap kelompok mengerjakan 3  kegiatan selama 60 menit.
3)      Istirahat
Durasi : 30 menit
            Sebelum bermain-bermain, anak-anak diwajibkan untuk cuci tangan dan memakan bekal bersama terlebih dahulu.
4)      Penutupan
Durasi : 30 menit
            Pada tahap ini, guru akan menanyakan dan menstimulasi anak kembali untuk mengemukakan hal-hal yang telah mereka pelajari pada hari itu sebagai bentuk kesimpulan.

D.    Pembagian Tugas Kelompok
a.      Pertemuan I
      Sebelum memulai inti, pengajar terlebih dahulu menjelaskan keseluruhan kegaiatan, yaitu:
·      Menggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi, dijelaskan oleh Novika
·      Hitung Handphone-mu!”, dijelaskan oleh Nurul
·      Bermain Drama, dijelaskan oleh Anggi
                 Kemudian tiap meja di koordinir oleh satu orang pengajar, yaitu:
·      Meja 1 (kelas A) oleh Novika
·      Meja 2 (kelas B) oleh Nurul
·      Meja 3 (kelas C) oleh Anggi
                        Observasi dilakukan oleh Annisa.
b.      Pertemuan II
      Sebelum memulai inti, pengajar terlebih dahulu menjelaskan keseluruhan kegaiatan, yaitu:
·      Menghias Alat Komunikasi, dijelaskan oleh Nurul
·      Menulis Kata dijelaskan oleh Novika
·      Meniru Suara Binatang, dijelaskan oleh Annisa
Kemudian tiap meja di koordinir oleh satu orang pengajar, yaitu:
·      Meja 1 (kelas A) oleh Novika
·      Meja 2 (kelas B) oleh Nurul
·      Meja 3 (kelas C) oleh Annisa
                        Observasi dilakakan oleh Anggi

E.     Alat Bantu yang Digunakan
a.      Pertemuan I
·         Lembar kerjaMenggambar dan Mewarnai Alat Komunikasi”
·         Lembar kerja “Hitung Handphone-mu!”
·         Potongan-potongan gambar handphone dalam tiga model yang berbeda
·         Piring kecil tempat gambar
b.      Pertemuan II
·      Lembar kerja “Menghias Alat Komunikasi”
·      Potongan \-potongan origami berbagai bentuk dan warna
·      Lem
·      Gunting
·      Piring kecil tempat origami
·      Lembar kerja “Menulis Kata”

III. Proses Pembelajaran
Observasi yang dilakukan adalah participant observation. Observer tidak melepaskan diri dari kegiatan mengajar¸ melainkan ikut masuk dengan kegiatan yang dilakukan anak didik.
a.      Skenario observasi
Kegiatan observasi bisa dilakukan ketika observer berada dekat dengan anak didik dan ikut serta dalam kegiatan mereka. Observer sesekali membantu mereka mengerjakan tugasnya terutama jika mereka meminta pertolongan,
b.      Objek observasi
Objek observasi terbagi menjadi dua yaitu observer (yang diobservasi adalah aspek komunikasinya) dan peserta anak didik (yang diobservasi adalah respon mereka).
·         Komunikasi (pengajar):
o   Kontak mata. Pengajar menciptakazn kontak mata dengan anak sesering dan sebaik mungkin. Kontak mata juga sebisa mungkin membuat mereka nyaman, bukan sebaliknya membuat mereka menimbulkan kesan bahwa pengajar adalah figur yang otoritas dan harus ditakuti.
o   Body language. Pengajar tidak memberikan instruksi dengan cara berdiri (kecuali saat berbicara di depan kelas yang ditujukan kepada seisi kelas), namun saat berbicara pengajar duduk/berjongkok di samping mereka, memberikan bimbingan kepada anak didik saat mengerjakan tugas. Pengajar mendatangi anak satu per satu untuk memastikan bahwa kegaiatan belajar berlangsung dengan baik. Sesekali pengajar juga memeluk anak ketika ia sudah mulai kehilangan fokus dan semangat ia agar bisa kembali belajar.
o   Pilihan kata dan kalimat. Pengajar berhati-hati untuk memilih kata yang akan diucapkan kepada anak, serta tidak menggunakan nada yang tinggi namun tegas dan jelas.
·         Respon audiens: 4 dari 5 anak didik di kelompok A memberikan respon yang baik atas kehadiran para pengajar. Mereka tidak memberikan perlawanan namun 1 orang anak terkesan masih malu malu, meskipun sesekali ia mencoba berbicara dengan pengajar. Sedangkan 1 orang anak lagi cenderung sulit untuk didekati karena beberapa alasan. Pada hari kedua, anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Sejak awal kelas dimulai ia memang tidak memberikan perhatian yang cukup dan tidak mau mengerjakan tugasnya.

c.       Laporan proses dan hasil
Laporan:
·         Hari pertama. Sebelum pembukaan oleh guru, anak-anak masih berada di luar kelas dengan seorang guru pendatang (guru musik) dan ia juga membawa alat musik (organ) yang dimainkannya pada saat itu juga. Anak diajak bernyanyi lagu lagu yang telah mereka pelajari sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00-08.45. Kemudian berlanjutlah ke tahap pembukaan oleh guru selama 15 menit, isinya berupa pemberitahuan tentang tema yang akan mereka pelajari pada hari itu dan hari-hari yang selanjutnya. Kemudian anak dibawa masuk ke dalam kelas untuk mulai ke tahap inti pengajaran.
Tahap inti dimulai pada pukul 09.00, dengan tiga buah materi. Yaitu penulisan huruf hijaiyah ‘Ha’, menggambar alat komunikasi handphone dan menghitung bentuk 2 dimensi dari dua jenis handphone yang berbeda. Anak didik dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok A (yang berisi anak dengan usia yang lebih muda 4-5 tahun) dan kelompok B (anak dengan usia diatas usia anak kelompok A), namun kelompok B dibagi kembali menjadi 2, sehingga totalnya terdapat 3 buah kelompok pada 3 meja yang berbeda.
Instruksi tugas disampaikan secara bergiliran namun pada waktu yang sama di depan kelas dan semua anak memperhatikan. Dalam pelaksanaannya, setiap meja memiliki 1 jenis tugas yang berbeda, kemudian jika telah selesai satu tugas, akan digilir tugas selanjutnya hingga pada akhirnya satu kelompok bisa mendapatkan 3 tugas yang berbeda. Tugas menulis huruf hijaiyah, pengajar mengambilnya dari buku pelajaran anak, sedangkan dua meteri lain kelompok pengajarlah yang membuat lembar kerjanya.
Dalam rancangan pembelajaran di awal, diperkirakan durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 tugas adalah 15 menit, namun dalam pelaksanaannya ada beberapa anak yang menyelesaikan tugasnya sesuai dengan rencana yang kelompok pengajar buat, namun di kelompok A hanya terdapat 2 dari 5 anak yang mampu menyelesaikan 3 materi tersebut.
Guru utama yang biasanya mengajar di kelas sehari-hari, masih tetap berada di dalam kelas meskipun para pengajar tamu yang memegang forum. Hal ini dikarenakan beliau bertindak dalam memantau jalannya proses belajar-mengajar, serta membantu pengajar menenangkan anak jika terjadi keributan.
Setiap kelompok (A, B1 dan B2) diawasi oleh seorang pengajar yang bertugas membantu dan membimbing anak dalam pelaksanaan tugasnya. Setelah pembukaan dilakukan oleh pengajar (memperkenalkan diri dan tujuan datang kesana), pada 09.05 proses inti pembelajaran sudah dimulai. Namun materi pertama (menulis huruf hijaiyah) disampaikan oleh guru utama. Anak didik mengerjakannya di buku pelajaran mereka. Setelah itu, materi kedua disampaikan oleh pengajar tamu  tentang bagaimana menggambar handphone, pada lembar kerja telah disiapkan gambar persegi panjang sebagai bentuk stimulus. Selanjutnya pengajar menyampaikan materi ketiga tentang berhitung gambar 2 dimensi handphone dengan 3 jenis yang berbeda. Setelah itu, anak menuliskan jumlah handphone sesuai dengan jenisnya. Ini ditujukan untuk melatih kemampuan berhitung dan menulis mereka. Sedikit permasalahan terjadi pada hari ini dikarenakan kordinasi yang kurang matang antara anggota kelompok kami dalam menyiapkan materi ketiga (berhitung), hingga di dalam kelas kami masih membicarakan untuk materi ketiga.
Setelah ketiga materi telah disampaikan, kemudian pada 09.20 anak mulai mengerjakan tugasnya satu per satu. Target diselesaikannya fase inti yaitu pada pukul 10.00, namun mundur hingga pukul 10.20 karena beberapa anak belum bisa menyelesaikan tugasnya pada pukul 10.10. Sejak pukul 10.20 hingga 10.40 kegiatan anak selanjutnya adalah makan bekal yang telah mereka bawa sendiri dari rumah. Sebelum makan, anak-anak membaca doa dan melafazkan perjanjian makan. Jika sudah selesai, anak diperbolehkan bermain di pekarangan sekolah sekaligus menunggu jemputan pulang. Maka kegiatan belajar-mengajar pada hari itu telah berakhir.
Pada hari pertama hanya 3 dari 4 anggota kelompok yang hadir dikarenakan 1 anggota kelompok yang lain memiliki jadwal kuliah.
·         Hari kedua. Pengajar tamu sampai ke sekolah pada pukul 08.55 dan langsung menuju kelas karena sudah akan memasuki fase inti. Sesampainya di kelas, guru utama langsung memberikan proses pembelajaran kepada kami, meskipun beberapa kali beliau memberikan masukan untuk kami serta membantu menenangkan anak didik. Pada hari kedua ada dua materi (dengan lembar kerja dibuat sendiri) dan sebuah cerita yang disampaikan di awal fase inti. Cerita yang dimaksud melibatkan kemampuan anak dalam menirukan suara hewan. Cerita berlatar belakang kebun binatang, ketika pengajar menyebutkan nama hewan, maka anak ditugaskan untuk menirukan suara hewan tersebut.
Materi kedua adalah menebalkan kata. Kata yang dimaksud bertuliskan “SURAT’ yang juga sebagai alat komunikasi. Terdapat perbedaan lembar kerja untuk kelompok A dan B. Penugasan pada kelompok A lebih dipermudah dengan bantuan garis putus-putus.
Materi ketiga adalah melengkapi pola. Anak diberikan pola amplop pada selembar kertas (amplop mengindikasikan surat), kemudian anak diminta untuk menempel origami pada pola tersebut. Di tugas ini juga melibatkan kemampuan anak dalam mengenali warna, dan hasilnya hampir semua anak sudah memiliki kemampuan mengenali warna-warna umum (merah, coklah, biru, hijau, merah muda, kuning).
Setelah tiga materi disampaikan, pada pukul 09.20 anak-anak mulai mengerjakan tugasnya. Masih dengan konsep yang sama, setiap meja didampingi dengan seorang pengajar, jumlah meja 3 dengan 3 orang pengajar. Hari kedua dihadiri oleh 3 orang pengajar tamu, karena seorang pengajar memiliki jadwal bimbingan skripsi. Beberapa anak membutuhkan bimbingan terutama pada materi melengkapi pola.
Pukul 10.05 anak-anak sudah menyelesaikan tugasnya, kemudian dilanjutkan dengan makan. Pukul 10.15 pengajar sudah berpamitan meskipun kelas belum selesai karena memiliki jadwal berkuliah pukul 10.30 pada hari tersebut. Namun karena tidak ada lagi sesi mengajar setelah pukul 10.05 maka pengajar memutuskan untuk meninggalkan sekolah pada pukul 10.15 dan bagi kami proses belajar-mengajar hari kedua sudah berakhir.
Hal yang sedikit mengganggu adalah ketika kami kurang mempersiapkan materi ajar dengan matang, sehingga beberapa kali melakukan persiapan di dalam kelas. Hal ini disebabkan adanya kesulitan koordinasi dengan setiap anggota yang memiliki kesibukan dan jadwal kegiatan masing-masing, sehingga kordinasi seringnya tidak secara langsung melainkan melalui media online.
            Hasil
            Kami (kelompok pengajar tamu) tidak menyiapkan standar penilaian khusus karena penilaian masih dilakukan oleh guru utama. Secara keseluruhan, meskipun kami pada awalnya mengalami kesulitan dalam menyiapkan materi dan lembar kerja dalam waktu yang singkat, namun proses belajar-mengajar masih dapat berjalan dengan baik.
            Anak didik memberikan respon yang positif atas kehadiran kami disana, tentu saja kami pun berusaha sebaik mungkin untuk berinteraksi dengan mereka agar tidak menimbulkan kesan negatif bagi mereka. Materi pengajaran juga masih disesuaikan dengan materi yang sering mereka dapatkan sehari-hari untuk melatih kemampuan berhitung, menulis, kordinasi warna, motorik, dsb.
            Dalam proses mengajar ada banyak hal yang harus diperhatikan. Beberapa diantaranya adalah penggunaan bahasa tubuh yang sesuai, pemilihan kata, kesiapan materi sebelum memulai kegiatan mengajar, kesabaran saat membimbing dan membantu anak-anak, kordinasi yang matang dengan anggota kelompok, serta perkiraan waktu yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan tugasnya. Dibawah ini adalah beberapa hasil observasi proses pembelajaran yang kami dapatkan:
·         Kegiatan belajar mengajar sehari hari telah memiliki beberapa kegiatan wajib. Misalnya berdoa sebelum belajar dan makan, adanya penambahan kegiatan seperti menari, bernyanyi (dengan mendatangkan seorang guru musik), mengaji, setiap hari berisi 3 buah materi yang digilirkan, dll.
·         Kebanyakan dari mereka sudah mampu berhitung angka 1-20 namun belum mampu menuliskannya dengan dengan baik, sehingga membutuhkan bantuan observer saat menggerakkan tangan mereka ketika menulis, dan terkadang yang masih salah mengurutkannya.
·         Yang paling utama pada anak di kelompok A adalah diajarkan untuk menulis namanya sendiri. Seperti pada angka, anak masih mengalami kesulitan saat menuliskan huruf (namanya), berbeda dengan anak kelompok B yang tergolong sudah lebih baik.
·         Kelompok A mengalami kesulitan pada aspek motoriknya yang terlihat pada salah satu tugas (mengisi pola surat dengan kertas origami), karena anak masih belum lancar mengerjakannya dan tergolong lebih lamban dari kelompok B.
·         Anak didik dari kelompok A dan B cukup sering menanyakan kepada pengajar tentang kesesuaian tugas yang mereka buat.
·         Anak-anak di kelompok A cukup mudah teralihkan perhatiannya, misalnya karena lelah sehingga seseklai berhenti mengerjakan tugas ataupun karena adanya hal lain yang lebih menarik perhatian mereka (peristiwa salah seorang anak dari kelompok A yang menangis membuat teman sekolompok merasa terganggu hingga teralikan perhatiannya dari tugas).
Kesimpulannya, jika dibandingkan dengan kelompok B, kelompok A membutuhkan pendampingan yang lebih intens untuk membuat mereka tetap fokus sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan efektif. Guru yang terlibat juga harus memahami kondisi ini dan mencoba bersabar dengan dinamika yang terjadi saat berinterksi dengan anak-anak.
Pada awalnya, kelompok mengalami sedikit kesulitan untuk melakukan kordinasi dikarenakan jadwal yang tidak sesuai antara satu anggota kelompok dengan yang lain, sehingga seringnya kordinasi dilakukan melalui media online. Namun keadaan seperti ini juga coba dipahami oleh setiap anggota kelompok sehingga tidak terjadi konflik yang membahayakan keberlangsungan kegiatan ini.
Sebelum memasuki hari pelaksanaan pertama, draft yang kami miliki memang belum matang seutuhnya, namun sudah memiliki gambaran tentang keadaan disekolah (karena telah melakukan observasi sebelumnya), proses belajar-mengajar sehari-hari, sehingga kelompok sudah miliki ‘garis besar’ tentang yang akan dilakukan disana. Berhubung tema pembelajaran pada minggu tersebut adalah ‘alat komunikasi’, maka kelompok menyesuaikan materi yang akan diajarkan, yang bentuk-bentuknya telah disebutkan diatas.
Guru pengampu tetap berada di kelas untuk memantau jalannya proses belajar-mengajar, serta membantu menenangkan anak jika terjadi keributan. Seperti yang telah diceritakan diatas, ada peristiwa ketika seorang anak dari kelompok A menangis. Kemudian ia dibawa keluar dari kelas oleh guru tersebut supaya tidak menggangu kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Kemudian kami dapatkan informasi dari guru yang bersangkutan bahwa pola attachment anak tersebut dengan kedua orang tuanya tidak berkembang dengan baik. Ketika di rumah ia dibiasakan untuk sendiri dan tidak didorong untuk bersosialisasi dengan orang lain, hal ini membuatnya kesulitan jika bersosialisasi dengan orang lain termasuk teman sabayanya.
Kelompok tidak banyak melakukan perubahan materi maupun mekanisme pengajaran dengan yang sudah diterapkan di sekolah. seperti yang telah disebutkan dalam sehari ada tiga jenis materi yang disampaikan (@ 15 menit), namun pada kelompok A
-yang belum memiliki pengalaman belajar cukup banyak serta usia yang masih terbilang dini- belum mampu mendapatkan ketiga materi sekaligus dikarenakan waktu yang cukup lamban bagi mereka untuk mengerjakan tugas.


IV. Evaluasi
Kami menggunakan evaluasi berdasarkan teori pedagogi yang terdapat di bagian rancangan pembelajaran diatas, yaitu teori tentang guru cerdas, dan teori prinsip pedagogi dari Addine (2001).
Guru yang cerdas memiliki tiga karakteristik (menurut Sudarwan, 2013) yaitu jujur, integritas, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa.
·         Kejujuran. Sejauh yang diamati, pengajar tidak melakukan hal-hal yang melanggar prinsip-pinsip kejujuran, dengan kata lain tidak melakukan kebohongan kepada anak didik dan guru utama.
·         Integritas. Pengajaran yang dilakukan menuntut pengajar untuk mememiliki rasa percaya diri yang baik. Berdasarkan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan, pengajar mampu menunjukkan rasa percaya diri yang baik, namun sesekali masih mengalami penurunan.
·         Berkomunikasi. Pengajar melakukan komunikasi di depan kelas maupun langsung mendatangi meja-meja anak didik untuk melakukan komunikasi yang lebih intens.
Tiga dari lima prinsip pedagogis yang coba diterapkan (Addine, 2001) :
Pertama, mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Setiap siswa memiliki kekhususan yang unik yang membedakannya dari yang lain, juga memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati. Anak didik di kelompok A dan B memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi; usia, kemampuan menulis, berhitung, mengenali warna. Perbedaan ini membuat pengajar melakukan sedikit perbedaan penanganan, yang mana anak didik pada kelompok A mendapatkan pendampingan yang lebih intens.
Prinsip yang kedua adalah domain kognitif dan afektif tidak berada dalam suasana yang kering. Dalam proses belajar mengajar, sebisa mungkin pengajar melibatkan aspek afeksi nya meskipun tidak sampai dilakukan dengan maksimal.
Prinsip yang ketiga adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Aspek penting adalah komunikasi yang dapat mempengaruhi kepribadiannya. Sehingga selama proses berlangsung anak diajak berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tugas, namun hal-hal lain diluar konteks tersebut.

Komentar Individu
Anggi Gurning  (09-100)
Ketika mendapat tugas mengajar di TK, saya senang sekali. Berhubung saya pernah mengajar di panti asuhan, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pelepas rindu. Namun mengajar di panti asuhan dan di TK adalah sesuatu yang jauh berbeda. Sebelum mengajar, kami berbicara dengan kepala sekolah, dan beliau mengajarkan kami banyak hal sebelum mengajar. Berbeda dengan di panti yang langsung mengajar tanpa perlu adanya pembukaan-inti-istirahat-penutup.

Di dalam kelas, saya bertemu dengan dua anak TK. Mereka sangat antusias ketika akan mulai menggambar. Mereka berusaha berlomba untuk mendapat nilai bagus. Antusiasme mereka membuat saya juga jadi semangat. Sesekali mereka akan berantem karena penghapus atau crayon yang dipinjam tanpa permisi, kalau sudah begitu mereka akan meminta saya memihak salah satu dari mereka. Tingkah mereka yang seperti ini membuat saya tersenyum, dan kalau sudah begitu saya akan mengajak mereka untuk saling berbagi dan permisi kalau akan meminjam barang orang lain.

Novika Susi Lestari (11-025)
Secara keseluruhan, saya sangat menyenangi kegiatan belajar-mengajar ini. Kegiatan berkumpul dengan anak-anak disertai dengan berbagai dinamika saat berinteraksi dengan mereka merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman mengajar beberapa hari yang lalu. Misalnya strategi mengurus forum (yang berisi anak-anak yang sangat mudah sekali teralih perhatiannya), merancang dengan matang materi pembelajaran yang menyenangkan dan edukatif, melakukan koordinasi dengan anggota kelompok yang terdiri dari berbagai angkatan dengan kesibukan yang berbeda, serta melakukan hubungan kerja sama dengan TK Dharma Pancasila sejak satu minggu sebelum kegiatan dilaksanakan.

Proses pengajaran yang terjadi pun sangat berdinamika, untuk saya sendiri yang selama dua hari menangani 5 orang anak didik dari kelompok A (yang tergolong lebih muda dari kelompok B), merasa sedikit kesulitan. Namun tidak terlalu sulit untuk melakukan pendekatan dengan mereka. Pendekatan tidak hanya dengan memberikan instruksi yang jelas, tetapi juga ditambah dengan sentuhan fisik yang bisa membuat anak nyaman dan mau bekerja sama, serta penggunaan bahasa dan nada bicara yang bersahabat dengan mereka.
Pada hari terakhir kegiatan ada perasaan senang karena tugas lapangan bisa diselesaikan, namun muncul juga perasaan sedih ketika harus berpisah dengan mereka, meskipun baru beberapa hari bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Hingga sesaat sebelum kami keluar dari kelas, salah seorang anak didik dari kelompok A berkata dengan suara yang cukup lantang, “Besok kakak kesini lagi ya!” membuat saya terhenti sejenak untuk kembali mengucapkan kata perpisahan dan salam kepada mereka. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan!

Nurul Fadillah Siregar (11-071)
Sangat seru, lihat mereka lucu-lucu dan menggemaskan. Awalnya sempat deg-degan, takut ntar sekolah tidak menerima kami, atau anak-anaknya nakal, atau takut salah mengajar trus jadi garing (tidak lucu). Ternyata setelah menjalaninya, semua anggapan saya salah. Kepala sekolah dan guru sangat kooperatif, menerima, dan mau berdiskusi dengan kami untuk membahas kegiatan-kegiatan pembejaran yang kami ajukan.

Ketika memberi isntruksi di kelas saat awal pertama masih agak kaku, namun lama-kelamaan sudah bisa lebih santai. Saya senang karena guru TK tersebut mau memberi feedback dan arahan bagi kami bagaimana cara berkomunikasi dengan anak, bentuk lembar kerja, dan sebagainya. Saya menagani 1 kelompok yang terdiri dari 4 orang anak perempuan. Ada 2 orang yang pendiam, dan 2 lagi cukup sering berbicara. Pengalaman mengajar mereka lumayan seru, misalnya saat menulis huruf hijaiyah, semua anak tersebut terus-terusan bertanya pada saya “ini sudah benar kak?”, “kaaak ajarin”, saya pun agak kewalahan karena mondar-mandir mengitari meja tersebut baik untuk memperhatikan hasil kereja mereka, memberi arahan, maupun membantu mereka menulis (dengan menggerakkan tangan mereka), namun hal itu tetap membuat saya senang dan betah duduk dekat mereka. Sesekali saya memuji mereka misalnyadari segi hasil kerja, atau penampilan, karena setahu saya anak usia dini perlu diberi reinforcement positif untuk meningkatkan performanya.

Saya juga menyelipkan sedikit pesan moral, misalnya ketika ada yang tidak membawa penghapus, biasanya anak akan mengatakan “ibuuu, minta setip”, nah pada saat itu saya ajarkan untuk meminjam dengan kalimat yang baik pada temannya. Atau misalnya ketika mereka berebutan lem saat menempel origami, saya pun mengajarkan mereka untuk saling berbagi dan belajar bersabar menunggu giliran. Juga ketika ada yang menyakiti temannya, lalu mereka akhirnya bermaafan. Mereka terlihat lucu.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih pada Bu Fillia Dina Anggaraeni selaku dosen pengampu mata kuliah Paedagogi yang memberi tugas ini pada kami. Walau awalnya merasa kewalahan karena dikejar deadline dan terasa agak memberatkan, namun hal itu terbalaskan dengan pengalaman berharga yang saya dapatkan. Juga terima kasih pada teman sekelompok saya yaitu vika, kak anggi, dan gadis (nama lain dari Annisa), kelompok kita penuh dinamika, dengan karakter kita masing-masing, walau mungkin ada sedikit kekesalan yang terkadang terbersit, namun pada akhirnya kita semua bisa melewatinya dan belajar bersama, semoga pengalaman bermanfaat bagi kita semua.

Annisa Avinda Ahmad (12-102)
Ini adalah pengalaman pertama saya mengerjakan tugas yang seperti ini, yaitu mengajar anak TK. Awalnya saya bingung dan tidak percaya diri untuk melaksanakan tugas ini, tapi karna di bimbing dan di suport oleh kakak-kakak sekelompok saya, saya jadi merasa bajwa saya bisa. Nah perasaan saya saat mengajar anak TK sangat mengesankan, saya bisa dekat dengan banyak anak anak yang lucu lucu, dan saya merasa sangat bangga karna bisa membantu mereka mengerjakan tugas tugas mereka.

Ada 5 orang anak kelompok b di tk dharma wanita yang kami jadikan tempat untuk pengajaran pada tugas kali ini. Di kelompok b ada 5 anak. 5 laki laki dan 1 perempuan. Disini anak anaknya lucu lucu, di kelompok b ini sifat anak anaknya juga berbeda beda. Ada yang manja sekali dan selalu minta di perhatiin ada yang suka melakukan tingkah tingkah aneh, walaupun begitu tetap saja lucu di lihat. Saat mengerjakan tugas yg kami berikan pun ada yg terlihat semangat sekali mengerjakannya, tapi ada juga yang bilang "kak capek" tapi setelah melihat hasil dari pekerjaan temannya yang hampir jadi, dia bilang "cantik juga kak lama lama" jadi dia pun ikut semangat mengerjakannya.