Kamis, 05 Mei 2011

Pemuda dan Hewan Peliharaannya

    Seorang pemuda yang tinggal bersama istri dan ketiga anaknya mengeluh tentang rumahnya yang sangat sempit dan tidak nyaman untuk ditinggali oleh mereka sekeluarga. Suatu hari, ia berkunjung ke rumah guru bijak untuk mengemukakan masalahnya itu.
       “Guru, apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi persoalan yang tengah saya hadapi ini?” Tanya anak muda itu.
     “Apakah kamu memelihara hewan ternak dirumahmu?” sang guru bijak kembali bertanya.
     “Ya, Guru. Di pekarangan rumah, saya memelihara beberapa ekor ayam, bebek, dan kambing,” jawab si pemuda.
       “Baik,” lanjut sang guru, “Mulai nanti malam, kamu masukkan semua ternak dan hewan peliharaanmu ke dalam rumah. Dan setelah satu minggu kembalilah kesini untuk melaporkan hasilnya.”
      Anak muda itu kembali ke rumahnya dan mulai menjalani nasihat dari sang guru bijak. Lima ekor ayam, delapan ekor bebek, dan empat ekor kambing yang biasanya ditempatkan di kandang mereka di halaman rumah, mulai malam itu semuanya dimasukkan ke dalam rumah bersama penghuni lainnya.
      Semalaman si pemuda dan keluarganya tidak bisa tidur karena udara di dalam rumah menjadi sangat pengap, bau kotoran ternak, dan berisik dengan suara-suara hewan peliharaan tersebut. “Mengapa jadinya seperti ini?” pikir anak muda itu dalam hati, “Saya mencari penyelesaian masalah, tetapi mengapa persoalan menjadi lebih besar?”
     Seminggu kemudian, si pemuda sudah tidak sabar menemui sang guru bijak. “Guru, setelah saya menuruti nasihat Guru, persoalan yang saya hadapi bukan berkurang, malah semakin bertambah.” Ungkap pemuda itu.
    Sembari tertawa si guru bijak menjawab, “Kalau begitu, mulai nanti malam kamu keluarkan semua hewan peliharaanmu dari dalam rumah. Kembalikan mereka ke kandang masing-masing.”
      Mendengar perintah sang guru bijak, si pemuda bergegas kembali ke rumahnya untuk mengeluarkan semua hewan peliharaannya. “Wah, sekarang benar-benar terasa lega, rumahku tidak sempit seperti dulu lagi.” Seru si pemuda kegirangan.  (dikutip dari: Sulaiman Budiman, Berani Menertawakan Diri Sendiri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar