Konon, pada suatu waktu di Yunani, hiduplah seorang pemuda miskin yang bercita-cita ingin membahagiakan orang tua dan memperbaiki nasibnya dengan melamar kerja sebagai petugas kebersihan di sebuah perusahaan di Athena.
Untuk mendapatkan pekerjaan tersebut ia harus bersaing dengan ratusan pelamar lainnya. Dari sekian banyak calon, akhirnya tersisa lima orang saja yang akan mengikuti tahap akhir penerimaan karyawan, salah satunya adalah pemuda itu. Sekalipun ia memiliki sikap dan penampilan yang menarik, tetapi akhirnya dia harus kecewa dengan keputusan para penyeleksi dan menolaknya, karena ternyata ia tidak dapat membaca dan menulis, alias buta huruf.
Kejadian itu sangat memukul si pemuda yang sudah sangat optimis bekerja di perusahaan tersebut. Dalam keadaan hampir putus asa, akhirnya si pemuda berkenalan dengan seorang awak kapal yang mengajaknya untuk ikut berlayar ke Inggris. Sejak peristiwa itu, tidak ada yang mengetahui kabar si pemuda.
Suatu hari ada seorang pengusaha kapal yang sedang diwawancarai oleh seorang wartawan. Sang wartawan tertarik dengan kisah sukses sang pengusaha.
Wartawan : “Mengapa bapak tidak menulis sebuah buku autobigrafi sebagai warisan dan catatan sejarah?” Tanya si wartawan.
Pengusaha : “Rasanya hal itu sangat mustahil saya lakukan. Perlu Anda ketahui bahwa saya ini tidak bisa membaca dan menuli, bagaimana mungkin saya mampu membuat sebuah buku autobiografi..” jawab si pengusaha.
Si wartawan terkejut, kemudian ia menanggapi: “Sayang sekali, Pak, seandainya saja Bapak bisa membaca dan menulis, Bapak pasti lebih sukses dibandingkan dengan apa yang sudah Bapak capai saat ini.”
Penghusaha: “Kamu keliru besar, Anak Muda, kalau saya bisa membaca dan menulis, saya tidak akan jadi pengusaha kapal, tapi saya sudah jadi pegawai kebersihan di Athena.” Jawabnya.
Wartawan: “ha.. ha.. ha.. Betul juga ya, Pak..” jawab si wartawan seraya mengangguk-anggukkan kepala karena kekagumannya terhadap pengusaha kapal yang gigih itu.
(dikutip dari: Sulaiman Budiman, Berani Menertawakan Diri Sendiri)
Suatu hari ada seorang pengusaha kapal yang sedang diwawancarai oleh seorang wartawan. Sang wartawan tertarik dengan kisah sukses sang pengusaha.
Wartawan : “Mengapa bapak tidak menulis sebuah buku autobigrafi sebagai warisan dan catatan sejarah?” Tanya si wartawan.
Pengusaha : “Rasanya hal itu sangat mustahil saya lakukan. Perlu Anda ketahui bahwa saya ini tidak bisa membaca dan menuli, bagaimana mungkin saya mampu membuat sebuah buku autobiografi..” jawab si pengusaha.
Si wartawan terkejut, kemudian ia menanggapi: “Sayang sekali, Pak, seandainya saja Bapak bisa membaca dan menulis, Bapak pasti lebih sukses dibandingkan dengan apa yang sudah Bapak capai saat ini.”
Penghusaha: “Kamu keliru besar, Anak Muda, kalau saya bisa membaca dan menulis, saya tidak akan jadi pengusaha kapal, tapi saya sudah jadi pegawai kebersihan di Athena.” Jawabnya.
Wartawan: “ha.. ha.. ha.. Betul juga ya, Pak..” jawab si wartawan seraya mengangguk-anggukkan kepala karena kekagumannya terhadap pengusaha kapal yang gigih itu.
(dikutip dari: Sulaiman Budiman, Berani Menertawakan Diri Sendiri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar