Topik
Ruang
Lingkup Pendidikan
Judul
Dinamika
Belajar di Kelas Pada Murid-Murid TK Bunayya
Pendahuluan
Sekolah
merupakan salah satu sumber pengalaman terbesar dalam masa kanak-kanak
yang mempengaruhi sebagian besar aspek dari perkembangan anak. Dalam masa itu,
anak dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan sosialnya, melatih
tubuh dan pikiran mereka serta mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan
mereka yang akan datang. Pada umumnya pendidikan prasekolah akan mempengaruhi
pencapaian anak pada pendidikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Kemudian
akan terlihat bagaimana sekolah mempersiapkan muridnya untuk pendidikan yang
lebih tinggi. Seperti bagaimana sekolah membuat kesepakatan dengan murid
tentang drop out dan bagaimana sekolah mengajarkan muridnya
dalam menyelesaikan masalah.
Tujuan utama pendidikan pra-sekolah adalah membantu anak
didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Puskur, 2003).
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi pendidikan pra sekolah, yang
mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak didik memasuki
pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain bertujuan dan
berfungsi untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah
sesungguhnya juga berperan penting untuk mengembangkan kesiapan anak didik
dalam memasuki pendidikan sekolah dasar.
Memberikan pengajaran kepada anak
prasekolah bukanlah hal yang mudah. Karena dalam prosesnya, selain membutuhkan
kesiapan mengajar seorang pendidik juga harus memahami perkembangan psikologi
anak prasekolah, dan hal ini juga mempengaruhi teknik mengajar yang harus
disesuaikan dengan perkembangan usia mereka.
Landasan
Teori
Prasekolah
(bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak
sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir
sampai dengan usia delapan tahun. Batasan ini seringkali dipergunakan untuk
merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya
sebagai tipe Prasekolah.
Pengertian anak prasekolah
menurut The Nation Association for The Education of Young
Childhood (NAEYC), early childhood adalah anak yang berusia sejak
lahir sampai dengan usia delapan tahun. Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat 2 menyebutkan
bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan
dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini
mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
Menurut Undang-Undang
RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat
2menyebutkan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang
diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang
melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan
asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
Pendidikan
prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran
kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih
sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah
"Belajar Sambil Bermain" dengan menekank "Pembelajaran
Bertema". Kaedah pembelajaran ialah meliputi aktivitas kelas, aktivitas
kumpulan dan aktivitas individu. Pendidikan prasekolah bertujuan
menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai
kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk masuk ke
sekolah dasar.\
Pengertian
TK
Taman kanak-kanak (TK) adalah salah
satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 3 sampai 6 tahun.
Adapun fungsi TK adalah untuk mengenalkan anak dengan dunia sekitar,
menumbuhkan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang
bersosialisasi, mengembangkan keterampilan, krativitas dan kemampuan anak,
menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Wylie (1998) mengemukakan bahwa ada beberapa
ketrampilan-ketrampilan krusial yang akan dibutuhkan anak selama perjalanan
pendidikannya mulai dari sekolah dasar dan seterusnya, diantaranya: ketrampilan
menyimak dan mendengarkan, ketrampilan akademik, ketrampilan bekerja secara
mandiri dan secara kelompok, serta ketrampilan berkomunikasi.
Lebih lanjut, Muijs & Reynolds (2008:280) mengemukakan
beberapa ketrampilan kunci untuk meningkatkan kesiapan sekolah anak
pra-sekolah, yaitu:
1. Ketrampilan sosial, misalnya kemampuan untuk
bekerjasama secara kooperatif, untuk menghormati orang lain, untuk
mengekspresikan emosi dan perasaan dengan cara yang terhormat, untuk
mendengarkan orang lain, untuk mengikuti aturan dan prosedur, untuk duduk
dengan penuh perhatian, dan untuk bekerja secara mandiri.
2. Ketrampilan komunikasi, misalnya ketrampilan untuk meminta
bantuan dengan cara yang baik dan sopan, ketrampilan untuk memverbalisasikan
pikiran dan perasaan, menjawab pertanyaan terbuka dan tertutup, berpartisipasi
dalam diskusi kelas, dan ketrampilan untuk menghubungkan berbagai ide dan pengalaman.
3. Perilaku terkait-tugas, misalnya perilaku tidak mengganggu
anak-anak lain selama proses belajar, ketrampilan anak untuk memantau
perilakunya sendiri, menemukan bahan-bahan yang diperlukan guna menyelesaikan
tugas, mengikuti pengarahan guru, menggeneraliasikan ketrampilan ke berbagai
situasi, bersikap on-taskselama mengerjakan pekerjaan yang
melibatkan seluruh kelas, menentukan pilihan, mengawali dan menyelesaikan
pekerjaan pada waktunya tanpa pengarahan guru, dan mencoba berbagai strategi
untuk mengatasi masalah yang berbeda.
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan kesiapan sekolah pada anak usia pra-sekolah. Metode-metode
pembelajaran berikut, merupakan metode pembelajaran yang banyak
direkomendasikan oleh para pakar pendidikan pra-sekolah untuk mengembangkan
kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah dasar.
1. Metode Bermain. Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk
mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia
lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.
Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak (Padmonodewo, 2003).
2. Metode belajar kooperatif. Belajar kooperatif dapat dimaknai
anak-anak belajar dalam kelompok kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi
dalam tugas-tugas bersama yang telah ditentukan dengan jelas, dan supervisi
diarahkan oleh guru (Masitoh, dkk; 2005).
3. Metode Drama dan Sandiwara
Pendek, adalah
cara lain guna memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut ambil bagian
di dalam kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki manfaat pendidikan cukup
kuat, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicara anak.
4. Metode Demonstrasi. Guru menggunakan metode
demonstrasi untuk mendeskripsikan tentang sesuatu yang akan dilakukan
anak-anak. Demosntrasi memadukan strategi pembelajaran “do it signal,
modeling, dan menceritakan-menjelaskan-menginformasikan..
5. Metode Diskusi Kelompok Kecil atau
Diskusi Kelas. Dalam
diskusi guru tidak membimbing percakapan tetapi mendorong anak-anak untuk
mengemukakan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan gagasan secara lebih luas
serta mendengarkan pendapat orang lain.
6. Metode Pemecahan Masalah. Harlan (1988) dan Hendrick (1997)
dalam Masitoh, dkk. (2005) mengemukakan bahwa dalam kegiatan ini anak-anak
terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan, peramalan, pembuatan
keputusan, mengamati hasil tindakannya, sedang guru lebih bertindak sebagai fasilitator
yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah
secara lebih baik. Masalah yang baik akan dapat menolong anak untuk
menganalisis, menyampaikan dan mengevaluasi peristiwa, informasi dan ide.
7. Mengategorisasikan Objek, seperti mainan atau bahan-bahan lain
di kelas, menurut kriteria seperti bentuk, ukuran, atau warna akan membantu
anak-anak mengembangkan ketrampilan klasifikasi dan kemampuan matematisnya.
Untuk merancang
pendidikan anak, orang tua dan guru perlu berpikir agar tidak terlalu banyak menuntut
keterampilan di luar kemampuan anak. Setiap hari anak-anak membutuhkan latihan
kegiatan jasmani yang disertai kebugaran dan aktivitas yang tinggi tetapi
kecenderungan anak saat ini lebih banyak melakukan kegiatan pasif seperti
menonton atau duduk diam di kursi. Dengan demikian perencanaan yang harus
dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mendorong perkembangan jasmani anak
antara lain:
1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain,
2. Menyediakan fasilitas yang merangsang pergerakan motorik.
Selain pembentukan sikap dan
perilaku yang baik tersebut, anak juga memerlukan kemampuan
intelektual agar anak tiap menghadapi tuntutan masa kini dan yang akan datang.
Oleh karena itu, anak memerlukan penguasaan berbagai kemampuan dasar agar dapat
menyesuaikan diri.
Menurut Siskandar, kurikulum
untuk anak usia dini harusnya memperhatikan beberapa prisnip:
1. Berpusat pada anak,
2. Mendorong perkembangan fisik, daya
pikir, daya cipta, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar
pembentukan pribadi manusia,
3. Memperhatikan perbedaan individu
anak, perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat
perkembangannya.
Kegiatan
belajar memang sudah seharusnya berpusat pada anak. Seperti teori yang
dikemukakan oleh John Dewey mengenai Progessivism. Progessivism adalah
gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan sekolah yang
berpusat pada anak (Child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar