Kamis, 26 April 2012

Tugas Mini Proyek Awal


Topik 
Ruang Lingkup Pendidikan

Judul 
Dinamika Belajar di Kelas Pada Murid-Murid TK Bunayya

Pendahuluan 
Sekolah merupakan salah satu sumber pengalaman terbesar dalam masa kanak-kanak yang mempengaruhi sebagian besar aspek dari perkembangan anak. Dalam masa itu, anak dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan sosialnya, melatih tubuh dan pikiran mereka serta mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan mereka yang akan datang. Pada umumnya pendidikan prasekolah akan mempengaruhi pencapaian anak pada pendidikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Kemudian akan terlihat bagaimana sekolah mempersiapkan muridnya untuk pendidikan yang lebih tinggi. Seperti bagaimana sekolah membuat kesepakatan dengan murid tentang drop out dan bagaimana sekolah mengajarkan muridnya dalam menyelesaikan masalah.
Tujuan utama pendidikan pra-sekolah adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Puskur, 2003). Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi pendidikan pra sekolah, yang mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak didik memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain bertujuan dan berfungsi untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah sesungguhnya juga berperan penting untuk mengembangkan kesiapan anak didik dalam memasuki pendidikan sekolah dasar.
Memberikan pengajaran kepada anak prasekolah bukanlah hal yang mudah. Karena dalam prosesnya, selain membutuhkan kesiapan mengajar seorang pendidik juga harus memahami perkembangan psikologi anak prasekolah, dan hal ini juga mempengaruhi teknik mengajar yang harus disesuaikan dengan perkembangan usia mereka.

Landasan Teori 
Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Batasan ini seringkali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pengertian anak prasekolah menurut  The Nation Association for The Education of Young Childhood (NAEYC), early childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan  Nasional, Pasal 12 Ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).  
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan  Nasional, Pasal 12 Ayat 2menyebutkan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup (Patmonodewo, 2003).
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain" dengan menekank "Pembelajaran Bertema". Kaedah pembelajaran ialah meliputi aktivitas kelas, aktivitas kumpulan dan aktivitas individu. Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar.\

Pengertian TK 
            Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 3 sampai 6 tahun. Adapun fungsi TK adalah untuk mengenalkan anak dengan dunia sekitar, menumbuhkan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang bersosialisasi, mengembangkan keterampilan, krativitas dan kemampuan anak, menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Wylie (1998) mengemukakan bahwa ada beberapa ketrampilan-ketrampilan krusial yang akan dibutuhkan anak selama perjalanan pendidikannya mulai dari sekolah dasar dan seterusnya, diantaranya: ketrampilan menyimak dan mendengarkan, ketrampilan akademik, ketrampilan bekerja secara mandiri dan secara kelompok, serta ketrampilan berkomunikasi.
Lebih lanjut, Muijs & Reynolds (2008:280) mengemukakan beberapa ketrampilan kunci untuk meningkatkan kesiapan sekolah anak pra-sekolah, yaitu:
1.     Ketrampilan sosial, misalnya kemampuan untuk bekerjasama secara kooperatif, untuk menghormati orang lain, untuk mengekspresikan emosi dan perasaan dengan cara yang terhormat, untuk mendengarkan orang lain, untuk mengikuti aturan dan prosedur, untuk duduk dengan penuh perhatian, dan untuk bekerja secara mandiri.
2.     Ketrampilan komunikasi, misalnya ketrampilan untuk meminta bantuan dengan cara yang baik dan sopan, ketrampilan untuk memverbalisasikan pikiran dan perasaan, menjawab pertanyaan terbuka dan tertutup, berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan ketrampilan untuk menghubungkan berbagai ide dan pengalaman.
3.     Perilaku terkait-tugas, misalnya perilaku tidak mengganggu anak-anak lain selama proses belajar, ketrampilan anak untuk memantau perilakunya sendiri, menemukan bahan-bahan yang diperlukan guna menyelesaikan tugas, mengikuti pengarahan guru, menggeneraliasikan ketrampilan ke berbagai situasi, bersikap on-taskselama mengerjakan pekerjaan yang melibatkan seluruh kelas, menentukan pilihan, mengawali dan menyelesaikan pekerjaan pada waktunya tanpa pengarahan guru, dan mencoba berbagai strategi untuk mengatasi masalah yang berbeda.
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kesiapan sekolah pada anak usia pra-sekolah. Metode-metode pembelajaran berikut, merupakan metode pembelajaran yang banyak direkomendasikan oleh para pakar pendidikan pra-sekolah untuk mengembangkan kesiapan anak memasuki pendidikan sekolah dasar.

1.      Metode Bermain. Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Bermain membantu anak menjalin hubungan sosial antar anak (Padmonodewo, 2003).
2.      Metode belajar kooperatif. Belajar kooperatif dapat dimaknai anak-anak belajar dalam kelompok kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tugas bersama yang telah ditentukan dengan jelas, dan supervisi diarahkan oleh guru (Masitoh, dkk; 2005).
3.      Metode Drama dan Sandiwara Pendek, adalah cara lain guna memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut ambil bagian di dalam kegiatan yang mereka nikmati, yang memiliki manfaat pendidikan cukup kuat, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan berbicara anak.
4.      Metode Demonstrasi. Guru menggunakan metode demonstrasi untuk mendeskripsikan tentang sesuatu yang akan dilakukan anak-anak. Demosntrasi memadukan strategi pembelajaran “do it signal, modeling, dan menceritakan-menjelaskan-menginformasikan..
5.      Metode Diskusi Kelompok Kecil atau Diskusi Kelas. Dalam diskusi guru tidak membimbing percakapan tetapi mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasannya sendiri dan mengkomunikasikan gagasan secara lebih luas serta mendengarkan pendapat orang lain.
6.      Metode Pemecahan Masalah. Harlan (1988) dan Hendrick (1997) dalam Masitoh, dkk. (2005) mengemukakan bahwa dalam kegiatan ini anak-anak terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan, peramalan, pembuatan keputusan, mengamati hasil tindakannya, sedang guru lebih bertindak sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah secara lebih baik. Masalah yang baik akan dapat menolong anak untuk menganalisis, menyampaikan dan mengevaluasi peristiwa, informasi dan ide.
7.      Mengategorisasikan Objek, seperti mainan atau bahan-bahan lain di kelas, menurut kriteria seperti bentuk, ukuran, atau warna akan membantu anak-anak mengembangkan ketrampilan klasifikasi dan kemampuan matematisnya.

Untuk merancang pendidikan anak, orang tua dan guru perlu berpikir agar tidak terlalu banyak menuntut keterampilan di luar kemampuan anak. Setiap hari anak-anak membutuhkan latihan kegiatan jasmani yang disertai kebugaran dan aktivitas yang tinggi tetapi kecenderungan anak saat ini lebih banyak melakukan kegiatan pasif seperti menonton atau duduk diam di kursi. Dengan demikian perencanaan yang harus dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mendorong perkembangan jasmani anak antara lain:
1.      Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain,
2.      Menyediakan fasilitas yang merangsang pergerakan motorik.
Selain pembentukan sikap dan perilaku yang  baik  tersebut, anak juga memerlukan kemampuan intelektual agar anak tiap menghadapi tuntutan masa kini dan yang akan datang. Oleh karena itu, anak memerlukan penguasaan berbagai kemampuan dasar agar dapat menyesuaikan diri.
Menurut Siskandar, kurikulum untuk anak usia dini harusnya memperhatikan beberapa prisnip:
1.      Berpusat pada anak,
2.      Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia,
3.      Memperhatikan perbedaan individu anak, perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya.
Kegiatan belajar memang sudah seharusnya berpusat pada anak. Seperti teori yang dikemukakan oleh John Dewey mengenai Progessivism. Progessivism adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan sekolah yang berpusat pada anak (Child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (Teacher-Centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar