Novika Susi Lestari (11-025)
Gustrispa Naomi (11-035)
Tugas Perkembangan Pada
Masa Usia Pra Sekolah
Havighurst (1961) mengartikan
tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada
diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Pendidikan usia Pra Sekolah –atau biasa disebut
pendidikan anak usia dini- tenyata memberikan dampak positif untuk perkembangan
seorang anak yang meliputi aspek sosial, emosi, kognitif dan fisik anak. Berikut
uraiannya:
1.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi
kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia
inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu.
Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa
meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin.
Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih
leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK
a) Umumnya anak pada
tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti,
mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain
dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi
kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain
cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok
tersebut cepat berganti-ganti.
c) Anak lebih mudah
seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932)
dalam social participation among
preschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas
di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a. Tingkah laku
unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di
sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b. Bermain soliter. Anak
bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang
dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak
saling berbicara.
c. Tingkah laku onlooker
anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar
tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain
bersama.
d. Bermain pararel.
Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain
bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan
tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e. Bermain asosiatif.
Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu,
masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f. Bermain Kooperatif.
Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya,
masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main
toko-tokoan, atau perang-perangan.
2.
Perkembangan Emosional
Salah satu tolak ukur
kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang,
akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan
mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah
dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa
harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak
melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo
kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan
siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a) Anak TK cenderung
mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering
diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak
prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian
guru.(Ananda 2010).
3.
Perkembangan Kognitif
1.
Pada umur ini, anak-anak biasanya sudah
pintar dalam merangkai kata-kata untuk dapat mengemukakan pendapatnya ataupun
hanya berbicara karena dia menginginkannya. Dianjurkan bagi para orangtua
ataupun pengasuh anak untuk mendengarakan dan mencoba untuk mengerti apa saja
yang ingin dia tanyakan di publik.
2.
Integrasi, minat , kasih sayang, dan
juga kesempatan merupakan interaksi yang harus sering dilakukan oleh institunsi
agar dapat mengembangkan kompetensi anak. Interaksi yang dimaksud adalah
kegiatan secara langsung yang divariasikan secara baik dan benar.
3.
Mendorong anak untuk mulai mengembangkan
soft-skills tersebut dan juga
mendorong anak yang manja ataupun suka bergantung pada orang lain untuk dapat
memahami apa itu kemandirian
4.
Anak pada usia ini telah dapat berpikir
secara logis, kritis, dan kreatif mengenai lingkungan alam, sosial, memberi
alasan, banyak berperan dalam kehidupan sosialnya dan mampu menghargai
keragaman sosial budaya.
4. Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik bertujuan agar anak mampu mengontrol gerakan kasar secara sadar dan untuk
keseimbangan, mengontrol gerakan halus. Proses perkembangan fisik merupakan proses pematangan yang
terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya terjadi
sebelum mencapai level lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan bayi belajar merangkak sebelum
mereka belajar berjalan. Namun, juga penting untuk menyadari bahwa tingkatan puncak
dari perkembangan fisik ini perkembangannya dapat bervariasi. Beberapa anak
belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang sama usia, sementara
yang lain mungkin diperlukan waktu sedikit lebih lama.
Sebagai seorang anak tumbuh, sistem
saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak menjadi lebih dan
lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Masa di mana keterampilan
motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua maupun pengasuh
yang sering khawatir apakah anak-anak mereka mengembangkan
keterampilan-keterampilannya pada level normal.
Ada dua jenis keterampilan motorik:
- Bruto (atau besar) keterampilan
motorik
melibatkan otot-otot yang lebih besar seperti lengan dan kaki. Tindakan
yang membutuhkan keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari,
keseimbangan dan koordinasi.
- Fine (atau kecil) keterampilan
motorik
melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya.
Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit,
seperti menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan
penangkapan.
Dengan
demikian pendidikan anak pada usia dini sangat penting sebagai penunjang untuk
tumbuh kembang fisik serta motorisnya yang lebih baik untuk perkembangan fisiknya
dimasa-masa berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar