Minggu, 13 April 2014

Laporan Wawancara Pengajar (TK Dharma Pancasila)

BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar merupakan sebuah kegiatan menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran merupakan semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar, meliputi merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar selanjutnya.
Tujuan guru mengajar adalah mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan mengajar yang unggul dipandang sebagai proses akademik, yang mana siswa akan termotivasi untuk belajar secara berkelanjutan, substansial dan positif terutama berkaitan dengan bagaimana mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Guru adalah aspek sentral dalam kegiatan ini. Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiaran guru yang baik pula. Seorang guru yang baik dipandang sebagai salah satu energi yang memberikan kontribusi positif yang luar biasa terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk membangun minat muridnya.
Guru yang berpengalaman memiliki kemampuan melakukan pengaturan di kelas dan memiliki struktur koseptual untuk memahami peristiwa di kelas, serta mampu mengelaborasi secara baik materi pembelajaran. Mereka tahu bagaiamana “membaca” kelas, dan memahami detail pembelajaran dan bagaimana mentransformasikannya kepada siswa. Guru yang seperti ini biasanya sudah berpengalaman mengajar selama beberapa tahun.
Maka, berdasarkan peran penting guru (diatas) dalam proses pembelajaran, dilakukanlah wawancara yang melibatkan seorang responden (guru) dengan pengalaman mengajar minimal 5 tahun, serta beberapa topik yang akan digali adalah mengenai pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasarinya, bagaimana sudut pandang guru dalam melihat anak didiknya, filosofi dan pendekatan yang digunakan dalam mengajar.
BAB II
HASIL WAWANCARA
Responden wawancara adalah seorang wanita berinisial Y, sudah menikah, berusia 41 tahun yang memiliki pengalaman mengajar selama 8 (delapan) tahun di Taman Kanak-kanak  (TK) Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur No. 71 B. Kualifikasi yang disyaratkan oleh TK Dharma Pancasila adalah guru tersebut haruslah memiliki latar belakang mendidik anak di TK.
Riwayat pendidikan beliau D3 Teknik Komputer di salah satu Universitas Swasta, kemudian melanjutkan pendidikan di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak Tanika Puri yang terletak di Jl. Wahid Hasyim. Lembaga pendidikan ini berbentuk kursus untuk menyiapkan tenaga pengajar di TK, kursus dilakukan selama hanya enam bulan à empat bulan indoor, dan dua bulan outdoor/magang di sebuah TK. Selama dua bulan peserta kursus akan ditugaskan magang di sebuah TK untuk menyiapkan bekal mereka menjadi guru TK sesungguhnya. Kemudian beliau juga melanjutkan pendidikannya di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Setia Budi Mandiri selama 2,5 tahun dan selesai pada tahun 2008. Beliau merasakan manfaat yang signifikan pada profesi beliau saat ini berkat pendidikan yang pernah beliau kecap terdahulu, terutama dua pendidikan terakhirmya. Selain wawancara, saya juga berkesempatan untuk melihat langsung proses belajar-mengajar yang dibawakan oleh ibu Y. Melalui kesempatan inilah saya mendapakan lebih banyak tentang ibu Y pada saat ia mengajar.
Menurut responden, pendidikan di Indonesia belum memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh anak untuk bersekolah, seringnya dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang kurang memadai. Untuk Sekolah Dasar (SD) saja masih terlihat fenomena ini, apalagi di tingkat Taman Kanak-kanak yang bukan merupakan jenjang pendidikan wajib. Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak Indonesia agar Indonesia menjadi Negara yang maju atau setidaknya bisa membantu dan mengubah tingkat perekonomian keluarga yang bersangkutan.
Pembelajaran yang dilakukan di TK Dharma Pancasila mengkuti kurikulum tematik yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan, yang dinilai sudah cukup efektif. Namun dalam pelaksanaannya, kurikulum bersifat fleksibel tergantung pada kebutuhan yang berlaku. Misalnya pada bulan Agustus, tema yang berlaku pada bulan ini adalah tentang “kebutuhanku”. Namun pada bulan Agustus terdapat hari kemerdekaan Indonesia, maka dilakukan penyesuaian tema yang dikolaborasikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Responden merasa senang menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar anak-anak, karena beliau juga memiliki kesenangan dengan anak-anak. Motivasi beliau mengajar di TK adalah merupakan panggilan jiwa untuk dekat dan berinteraksi dengan mereka. Ibu Y menyadari adanya perbedaan karakter yang dimiliki setiap anak. Perbedaan ini memintanya melakukan pendekatan yang berbeda kepada setiap anak, dan hal ini menumbuhkan rasa kesenangan tersendiri.
Ibu Y merupakan guru utama yang mengajar setiap hari. Dalam satu kelas anak terdiri dari 12 orang, yang terbagi menjadi kelompok A (lima orang), dan kelompok B (tujuh orang). Penyatuan dua kelompok ini karena jumlah murid yang relatif sedikit, jadi lebih baik jika disatukan. Sebelum pembelajaran dimulai, ibu Y menyiapkan 3 macam materi pembelajaran yang akan diajarkan pada hari itu. Hampir seluruh tugas kelompok A dan B disamakan, namun ada beberapa tugas yang dibedakan. Misalnya pada tugas menulis, kelompok A diberikan contoh tulisan dalam satu lembar kertas, dan guru meminta mereka untuk mencontoh kata tersebut namun dengan bantuan garis terputus-putus. Tapi bagi anak kelompok B, mereka tidak lagi memerlukan bantukan garis putus-putus, melainkan dengan instruksi saja mereka sudah dapat menyelesaikannya. Tak jarang ibu Y melakukan improvisasi pengajaran ini jika dibutukan (karena disesuaikan dengan kemampuan anak).
Kelompok A berada pada kisaran usia 4-5 tahun, dan kelompok B usia 5-6 tahun. Anak-anak pada kelompok B sudah lebih mandiri dalam menjalankan tugasnya, bahkan sesekali meminta tugas tambahan jika mereka sudah menyelesaikan tugas pada hari itu. Berbeda dengan anak pada kelompok A yang membutuhkan pendampingan ekstra, bahkan tak jarang guru ikut berpartisipasi membantu mereka menyelesaikan tugasnya.
Ibu Y memberikan kelas tambahan (les) setelah jam sekolah. Kelas tambahan tetap dilakukan di TK Dharma Pancasila sekitar pukul 13.00. Dulu pernah beliau membuka kelas tambahan di rumahnya, namun ini tidak berjalan cukup lama karena dibuka pada pukul 15.00 yang merupakan jam istirahat siang, sehingga beliau memutuskan untuk kembali memberikan belajar tambahan di sekolah. Materi yang diajarkan biasanya tentang belajar membaca dan berhitung.
Responden memandang anak sebagai individu yang positif, memiliki karakter unik, berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, serta memiliki kemampuan yang berbeda pula. Pernah suatu ketika, tepatnya 2 tahun lalu terdapat seorang anak yang sulit bersosialisasi dengan orang lain, ternyata ia memiliki masalah dalam keluarga karena kedua orangnya yang kurang harmonis, sering terjadi cek-cok hingga berpisah. Maka, seorang guru haruslah mampu menguasai cara pendekatan kepada anak didik yang disesuaikan dengan keunikan pribadi mereka.
Jika pada suatu kondisi beliau menemukan anak yang membuat keributan, biasanya beliau akan memberikan tugas tambahan kepada anak tersebut. Beberapa alasan anak menjadi ribut adalah karena mereka memang terlalu aktif (karena tugas sudah selesai, ia bisa mengganggu temannya yang lain), perhatiannya mudah teralihkan, sulit berkonsentrasi, dsb.
Ibu Y adalah sosok yang penyayang di mata para muridnya, beliau juga bukan orang yang mudah marah. Namun penggunaan karakter ini yang berlebihan bisa membuat kelas menjadi tidak disiplin, sehingga dibutuhkan ketegasaan sewaktu-waktu untuk menertibkan kelas jika timbul keributan.
Ibu Y menyadari adanya dilema yang terjadi di dunia Taman Kanak-kanak, yang mana pada usia ini anak belum seharusnya mendapatkan pelajaran membaca dan berhitung. Berdasarkan instruksi dari Dinas Pendidikan, TK hanya membuat anak mampu mengenal huruf dan angka. Namun tuntutan dari orang tua -yang menganggap bahwa sebelum masuk SD, anak harus sudah mampu membaca dan berhitung- tampaknya harus dipenuhi. Ditambah lagi persaingan dengan TK lain yang menyediakan fasilitas membaca dan menulis, sehingga mau tidak mau, pembelajaran membaca dan berhitung ini juga diterapkan di TK Dharma Pancasila.
Responden memiliki sosok panutan dalam mengajar, ia adalah kepala sekolah TK Dharma Pancasila periode sebelumnya. Ibu Y mengagumi beliau pada cara mengajarnya karena pada beberapa tahun yang lalu, ibu Y memiliki seorang adik yang bersekolah di TK tersebut, dan beliau berkesempatan langsung mengamati proses mengajar yang dilakukan oleh sosok panutannya itu. Hingga pada saat ini beliau masih mencoba untuk menerapkan hal-hal baik yang ia lihat dahulu.
BAB III
PEMBAHASAN
            Pendidikan prajabatan guru (preservice teacher education) mengacu pada kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membekali calon guru dengan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka butuhkan, untuk melakukan tugas-tugas secara efektif dalam kelas, sekolah, dan masyarakat luas setelah mereka menjalankan tugas sesungguhnya. Pada intinya, calon gurun harus dibekali dengan kemampuan memfasilitasi peserta didik untuk bisa mengakuisisi pengetahuan, mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik, serta mamp berperan aktif dalam masyarakat.
Seperti itu pula yang diterapkan di TK Dharma Pancasila, yang mereka meminta calon pengajar TK disana untuk memiliki kemampuan/kualifikasi pendidikan jenjang Taman Kanak-kanak (status D3 atau minimial kursus). Sampai tahap ini, ibu Y memenuhi kualifikasi tersebut hingga diterimalah ia untuk mengajar disana sejak 8 tahun yang lalu.
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumber daya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Faktor lainnya adalah karena pendidikan tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Padahal dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah telah disebutkan mengenai pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
“Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.”
Namun faktanya, kebijakan ini tidak berjalan dengan mulus. Seringnya, masyarakat kelas bawah tidak mendapat akses pendidikan yang memadai akibat mahalnya biaya pendidikan. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Memang bukan hanya dua faktor diatas yang mempengaruhi mundurnya kualitas pendidikan di Indonesia, namun setidaknya permasalahan inilah yang paling sering dijumpai. Ibu Y telah menyadarinya terutama pada faktor kedua. Memang inilah hal yang harus diketahui oleh para pendidik. Karena dengan begitu, jika mereka menjumpai anak yang mampu mengecap bangku sekolah (dalam hal ini TK), maka para guru tersebut tidak akan menyiakannya. Bisa saja mungkin para guru akan membangun inisiatif untuk mendidik anak-anak yang kurang mampu (faktor #1) serta membangkitkan kemampuan dirinya sebagai guru untuk memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya (faktor #2).
Mekanisme pembelajaran yang diberlakukan pada TK Dharma Pancasila adalah dalam satu hari, guru memberikan 3 materi dalam durasi 60 menit (maksimal untuk satu materi berdurasi 20 menit). Ibu Y akan memberikan 3 buah instruksi sekaligus, kemudian anak akan mengerjakannya secara berurutan. Sangat baik jika memisahkan jenis tugas untuk kelompok A dan B yang disesuaikan pada materi dan kemampuan mereka. Ibu Y telah melakukan hal tersebut selama ini namun tidak untuk semua tugas, sehingga hal ini berdampak pada perbedaan waktu yang signifikan bagi anak kelompok A dan B saat menyelesaikan tugasnya. Pada suatu waktu anak kelompok B telah menyelesaikan ketiga tugas, sehingga mereka cenderung ‘menganggur’ setelah itu meskipun ada beberapa anak yang meminta tugas tambahan. Namun pada kelompok A, mungkin saja anak masih mengerjakan tugas kedua atau malah masih ada yang mengerjakan tugas pertama.
Guru yang dikategorikan baik atau buruk terlihat dari tampilannya di dalam maupun luar kelas. Ada 10 kualitas guru baik yang terdapat di buku Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogo karya Prof. Dr. Sudarwan Danim (2013), lebih tepatnya beliau mengambil dari situs http://www.ripplesofimprovement.com dengan melakukan penambahan sesuai dengan yang beliau pahami. Kesepuluh kualitas tersebut adalah:
1.      Confidence. Tetap memiliki kepercayaan diri meskipun sesekali merasakan kemuduran.
2.      Patience. Bersedia melakukan apa yang harus dilakukan, tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan.
3.      True compassion to their students. Memberikan perhatian ekstra dengan senang hati. Mereka peduli dengan siswanya meski berada diluar tembok kelas.
4.      Understanding. Memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana mengajar. Mereka fleksibel dalam gaya mengajarnya dan menyesuaikannya setiap hari jika diperlukan.
5.      The ability to look at life in different way and to explain a topic in a different way. Melakukan pengajaran berdasarkan bagaiamana siswanya belajar, meskipun ini bukan hal yang mudah.
6.      Dedication to excellent. Menginginkan pencapaian yang maksimal dari siswa dan dirinya sendiri.
7.      Unwavering support. Mendorong siswa untuk berprestasi dan memberikan keyakinan besar bahwa siswa tersebut bisa memahami materi pelajaran dengan baik.
8.      Willingness to help student achieve. Mereka membantu siswa mencapai prestasi terbaik, sehingga tak jarang mereka tetap mengajar ketika bel teah berbunyi. Mereka memberi pelajaran tambahan bagi siswa setelah sesi kelas.
9.      Pride in student’s accomplishment. Mereka sangat bangga dengan siswa yang berhasil mendapatkan nilai yang baik dan memperoleh kehormatan di tengah masyarakat.
10.  Passion for life. Mereka tidak hanya tertarik pada bidangnya, melainkan juga dengan hal-hal lain. Mereka adalah manusia biasa tetapi selalu ada alasan untuk membuat siswa terus maju.
Keterbatasan data yang saya dapatkan pada saat wawancara sangat terbantu dengan data observasi yang saya dapatkan tentang ibu Y saat menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Saya mencoba membahas kualitas yang -secara sadar ataupun tidak- beliau miliki. Sesuai dengan sepengamatan saya, beliau memiliki setidaknya 70 % dari 10 kualitas guru baik diatas. Saya melakukan observasi sebanyak dua kali dan saya optimis bahwa beliau mungkin memiliki 30 % sisanya.
Kemapuan memahami karakter anak yang berbeda merupakan penerapan prinsip pedagogi yang kedua. Prinsip ini berorientasi pada proses mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap keribadian siswa. Ini berarti bahwa jika proses pedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda, setiap anggota memiliki kekhususan unik yang membedakan seorang  murid dari murid yang lain, dan memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati juga. Sejauh yang dapat saya amati, ibu Y sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip ini, sehingga itu akan membantunya memaksimalkan perannya sebagai guru.
BAB IV
KESIMPULAN
Guru memilki peran sentral dalam dunia pendidikan. Guru berperan dalam menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada murid agar mereka mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Guru melakukan perencanaan, pelaksanaaan, penilaian, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar selanjutnya.
Ibu Y merupakan seorang guru, sudah menikah, berusia 41 tahun dan memiliki pengalaman mengajar selama 8 (delapan) tahun di Taman Kanak-kanak  (TK) Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur No. 71 B. Pernah mengikuti kursus di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak Tanika Puri selama 6 bulan. Ibu Y merupakan guru utama di kelas dengan 12 orang anak yang terbagi mejadi dua kelompok, kelompok A (4-5 tahun) dan kelompok B (5-6 tahun). Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah kurikulum tematik yang fleksibel. Di luar jam sekolah ibu Y juga memberikan jam belajar tambahan (les).
Menurutnya, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak agar Indonesia menjadi Negara yang maju serta bisa membantu dan mengubah tingkat perekonomian keluarga yang bersangkutan. Motivasi beliau mengajar kerenakan panggilan jiwa untuk dekat dan berinteraksi dengan anak-anak. Responden memandang anak sebagai individu yang positif, memiliki karakter unik, serta memiliki kemampuan yang berbeda pula.
Ibu Y adalah sosok yang penyayang di mata para muridnya. Di sisi lain, sesuai dengan pengamatan yang saya lakukan, setidaknya beliau sudah memiliki 70 % kemampuan dari 10 kualitas guru yang baik. Saya melakukan observasi sebanyak dua kali dan saya optimis bahwa beliau kemungkinan besar memiliki 30 % sisanya.
Kemapuan memahami karakter anak yang berbeda merupakan penerapan prinsip pedagogi yang kedua. Prinsip ini berorientasi pada proses mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap keribadian siswa. Sejauh yang dapat saya amati, ibu Y sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip ini sehingga itu akan membantunya memaksimalkan perannya sebagai guru.  
BAB V
SARAN
Saran untuk Guru
·         Pada saat mengajar, guru lebih teliti dalam melihat apakah anak sedang dalam kondisi memperhatikan. Jika belum, maka mintalah anak untuk memperhatikan guru, dan jika sudah makan proses mengajar bisa dimulai/dilanjutkan.
Saran untuk Sekolah
·         Menyediakan guru tambahan minimal 1 orang untuk berbagi tugas dalam kelas, baik pada saat mengajar maupun mengontrol anak, agar proses pembelajaran berjalan lebih maksimal.
·         Melakukan pemisahan kelas karena hal-hal dibutuhkan anak pada kelompok A dan B bisa berbeda, serta karakteristik dan kemampuan yang berkembang pada mereka yang juga berbeda.
Saran untuk pewawancara (Interviewer)
·         Sebelum memasuki setting wawancara, sebaiknya iter sudah menguasai teori yang akan diungkap pada saat wawancara, mengetahui hal-hal yang akan diperdalam sehingga mempermudah usahanya mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.
·         Gunakanlah waktu sebaiknya-baiknya, efektif, dan efisien.
·         Berikan reward setelah wawancara dilakukan sebagai bentuk terima kasih kepada responden.
Saran untuk Mata Kuliah Paedagogi
·         Tetaplah lakukan tugas lapangan ini karena dengan begitu mahasiswa akan lebih terlatih untuk melakukan pendekatan dengan orang lain, melatih kemampuan wawancara, serta membuat mahasiswa terjun langsung ke lapangan pendidikan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, P. D. (2013). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: CV. Alfabeta.

1 komentar:

  1. Do you realize there is a 12 word phrase you can speak to your crush... that will induce intense feelings of love and instinctual attraction for you deep inside his chest?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, admire and guard you with all his heart...

    12 Words Will Fuel A Man's Love Instinct

    This impulse is so hardwired into a man's mind that it will make him work better than before to love and admire you.

    As a matter of fact, triggering this all-powerful impulse is so essential to achieving the best possible relationship with your man that as soon as you send your man a "Secret Signal"...

    ...You will soon find him open his soul and mind to you in such a way he never expressed before and he'll distinguish you as the only woman in the galaxy who has ever truly tempted him.

    BalasHapus