BAB
I
PENDAHULUAN
Mengajar
merupakan sebuah kegiatan menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan
sejenisnya kepada subjek tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran merupakan semua proses tindakan yang
terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar, meliputi merencanakan, melaksanakan,
menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi
kegiatan mengajar selanjutnya.
Tujuan
guru mengajar adalah mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan
mengajar yang unggul dipandang sebagai proses akademik, yang mana siswa akan
termotivasi untuk belajar secara berkelanjutan, substansial dan positif
terutama berkaitan dengan bagaimana mereka berpikir, merasa, dan bertindak.
Guru adalah aspek sentral dalam kegiatan ini. Kegiatan pembelajaran yang baik
menuntut kehadiaran guru yang baik pula. Seorang guru yang baik dipandang
sebagai salah satu energi yang memberikan kontribusi positif yang luar biasa
terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk membangun minat muridnya.
Guru
yang berpengalaman memiliki kemampuan melakukan pengaturan di kelas dan
memiliki struktur koseptual untuk memahami peristiwa di kelas, serta mampu
mengelaborasi secara baik materi pembelajaran. Mereka tahu bagaiamana “membaca”
kelas, dan memahami detail pembelajaran dan bagaimana mentransformasikannya
kepada siswa. Guru yang seperti ini biasanya sudah berpengalaman mengajar
selama beberapa tahun.
Maka,
berdasarkan peran penting guru (diatas) dalam proses pembelajaran, dilakukanlah
wawancara yang melibatkan seorang responden (guru) dengan pengalaman mengajar
minimal 5 tahun, serta beberapa topik yang akan digali adalah mengenai
pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasarinya, bagaimana sudut
pandang guru dalam melihat anak didiknya, filosofi dan pendekatan yang
digunakan dalam mengajar.
BAB
II
HASIL
WAWANCARA
Responden
wawancara adalah seorang wanita berinisial Y, sudah menikah, berusia 41 tahun
yang memiliki pengalaman mengajar selama 8 (delapan) tahun di Taman
Kanak-kanak (TK) Dharma Pancasila, Jl.
Dr. Mansyur No. 71 B. Kualifikasi yang disyaratkan oleh TK Dharma Pancasila
adalah guru tersebut haruslah memiliki latar belakang mendidik anak di TK.
Riwayat
pendidikan beliau D3 Teknik Komputer di salah satu Universitas Swasta, kemudian
melanjutkan pendidikan di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak Tanika Puri yang
terletak di Jl. Wahid Hasyim. Lembaga pendidikan ini berbentuk kursus untuk
menyiapkan tenaga pengajar di TK, kursus dilakukan selama hanya enam bulan à
empat bulan indoor, dan dua bulan outdoor/magang di sebuah TK. Selama dua
bulan peserta kursus akan ditugaskan magang di sebuah TK untuk menyiapkan bekal
mereka menjadi guru TK sesungguhnya. Kemudian beliau juga melanjutkan
pendidikannya di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Setia Budi
Mandiri selama 2,5 tahun dan selesai pada tahun 2008. Beliau merasakan manfaat
yang signifikan pada profesi beliau saat ini berkat pendidikan yang pernah
beliau kecap terdahulu, terutama dua pendidikan terakhirmya. Selain wawancara,
saya juga berkesempatan untuk melihat langsung proses belajar-mengajar yang
dibawakan oleh ibu Y. Melalui kesempatan inilah saya mendapakan lebih banyak
tentang ibu Y pada saat ia mengajar.
Menurut
responden, pendidikan di Indonesia belum memberikan kesempatan yang merata bagi
seluruh anak untuk bersekolah, seringnya dikarenakan faktor ekonomi keluarga
yang kurang memadai. Untuk Sekolah Dasar (SD) saja masih terlihat fenomena ini,
apalagi di tingkat Taman Kanak-kanak yang bukan merupakan jenjang pendidikan
wajib. Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak Indonesia agar
Indonesia menjadi Negara yang maju atau setidaknya bisa membantu dan mengubah
tingkat perekonomian keluarga yang bersangkutan.
Pembelajaran
yang dilakukan di TK Dharma Pancasila mengkuti kurikulum tematik yang telah
dibuat oleh Dinas Pendidikan, yang dinilai sudah cukup efektif. Namun dalam
pelaksanaannya, kurikulum bersifat fleksibel tergantung pada kebutuhan yang
berlaku. Misalnya pada bulan Agustus, tema yang berlaku pada bulan ini adalah
tentang “kebutuhanku”. Namun pada bulan Agustus terdapat hari kemerdekaan
Indonesia, maka dilakukan penyesuaian tema yang dikolaborasikan dengan hal-hal
yang berkaitan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Responden
merasa senang menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar anak-anak, karena
beliau juga memiliki kesenangan dengan anak-anak. Motivasi beliau mengajar di
TK adalah merupakan panggilan jiwa untuk dekat dan berinteraksi dengan mereka.
Ibu Y menyadari adanya perbedaan karakter yang dimiliki setiap anak. Perbedaan
ini memintanya melakukan pendekatan yang berbeda kepada setiap anak, dan hal
ini menumbuhkan rasa kesenangan tersendiri.
Ibu
Y merupakan guru utama yang mengajar setiap hari. Dalam satu kelas anak terdiri
dari 12 orang, yang terbagi menjadi kelompok A (lima orang), dan kelompok B
(tujuh orang). Penyatuan dua kelompok ini karena jumlah murid yang relatif
sedikit, jadi lebih baik jika disatukan. Sebelum pembelajaran dimulai, ibu Y
menyiapkan 3 macam materi pembelajaran yang akan diajarkan pada hari itu.
Hampir seluruh tugas kelompok A dan B disamakan, namun ada beberapa tugas yang
dibedakan. Misalnya pada tugas menulis, kelompok A diberikan contoh tulisan
dalam satu lembar kertas, dan guru meminta mereka untuk mencontoh kata tersebut
namun dengan bantuan garis terputus-putus. Tapi bagi anak kelompok B, mereka
tidak lagi memerlukan bantukan garis putus-putus, melainkan dengan instruksi
saja mereka sudah dapat menyelesaikannya. Tak jarang ibu Y melakukan
improvisasi pengajaran ini jika dibutukan (karena disesuaikan dengan kemampuan
anak).
Kelompok
A berada pada kisaran usia 4-5 tahun, dan kelompok B usia 5-6 tahun. Anak-anak
pada kelompok B sudah lebih mandiri dalam menjalankan tugasnya, bahkan sesekali
meminta tugas tambahan jika mereka sudah menyelesaikan tugas pada hari itu.
Berbeda dengan anak pada kelompok A yang membutuhkan pendampingan ekstra,
bahkan tak jarang guru ikut berpartisipasi membantu mereka menyelesaikan
tugasnya.
Ibu
Y memberikan kelas tambahan (les) setelah jam sekolah. Kelas tambahan tetap
dilakukan di TK Dharma Pancasila sekitar pukul 13.00. Dulu pernah beliau
membuka kelas tambahan di rumahnya, namun ini tidak berjalan cukup lama karena
dibuka pada pukul 15.00 yang merupakan jam istirahat siang, sehingga beliau
memutuskan untuk kembali memberikan belajar tambahan di sekolah. Materi yang
diajarkan biasanya tentang belajar membaca dan berhitung.
Responden
memandang anak sebagai individu yang positif, memiliki karakter unik, berasal
dari latar belakang keluarga yang berbeda, serta memiliki kemampuan yang
berbeda pula. Pernah suatu ketika, tepatnya 2 tahun lalu terdapat seorang anak
yang sulit bersosialisasi dengan orang lain, ternyata ia memiliki masalah dalam
keluarga karena kedua orangnya yang kurang harmonis, sering terjadi cek-cok
hingga berpisah. Maka, seorang guru haruslah mampu menguasai cara pendekatan
kepada anak didik yang disesuaikan dengan keunikan pribadi mereka.
Jika
pada suatu kondisi beliau menemukan anak yang membuat keributan, biasanya
beliau akan memberikan tugas tambahan kepada anak tersebut. Beberapa alasan
anak menjadi ribut adalah karena mereka memang terlalu aktif (karena tugas
sudah selesai, ia bisa mengganggu temannya yang lain), perhatiannya mudah
teralihkan, sulit berkonsentrasi, dsb.
Ibu
Y adalah sosok yang penyayang di mata para muridnya, beliau juga bukan orang
yang mudah marah. Namun penggunaan karakter ini yang berlebihan bisa membuat
kelas menjadi tidak disiplin, sehingga dibutuhkan ketegasaan sewaktu-waktu
untuk menertibkan kelas jika timbul keributan.
Ibu
Y menyadari adanya dilema yang terjadi di dunia Taman Kanak-kanak, yang mana
pada usia ini anak belum seharusnya mendapatkan pelajaran membaca dan berhitung.
Berdasarkan instruksi dari Dinas Pendidikan, TK hanya membuat anak mampu
mengenal huruf dan angka. Namun tuntutan dari orang tua -yang menganggap bahwa
sebelum masuk SD, anak harus sudah mampu membaca dan berhitung- tampaknya harus
dipenuhi. Ditambah lagi persaingan dengan TK lain yang menyediakan fasilitas
membaca dan menulis, sehingga mau tidak mau, pembelajaran membaca dan berhitung
ini juga diterapkan di TK Dharma Pancasila.
Responden
memiliki sosok panutan dalam mengajar, ia adalah kepala sekolah TK Dharma
Pancasila periode sebelumnya. Ibu Y mengagumi beliau pada cara mengajarnya
karena pada beberapa tahun yang lalu, ibu Y memiliki seorang adik yang
bersekolah di TK tersebut, dan beliau berkesempatan langsung mengamati proses
mengajar yang dilakukan oleh sosok panutannya itu. Hingga pada saat ini beliau
masih mencoba untuk menerapkan hal-hal baik yang ia lihat dahulu.
BAB
III
PEMBAHASAN
Pendidikan
prajabatan guru (preservice teacher
education) mengacu pada kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membekali
calon guru dengan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka
butuhkan, untuk melakukan tugas-tugas secara efektif dalam kelas, sekolah, dan
masyarakat luas setelah mereka menjalankan tugas sesungguhnya. Pada intinya,
calon gurun harus dibekali dengan kemampuan memfasilitasi peserta didik untuk
bisa mengakuisisi pengetahuan, mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik,
serta mamp berperan aktif dalam masyarakat.
Seperti
itu pula yang diterapkan di TK Dharma Pancasila, yang mereka meminta calon
pengajar TK disana untuk memiliki kemampuan/kualifikasi pendidikan jenjang
Taman Kanak-kanak (status D3 atau minimial kursus). Sampai tahap ini, ibu Y
memenuhi kualifikasi tersebut hingga diterimalah ia untuk mengajar disana sejak
8 tahun yang lalu.
Pembangunan
pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan
hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumber daya manusia
Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
Berdasarkan Survey United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap
kualitas pendidikan di Negara-negara
berkembang di Asia Pacific, Indonesia
menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru,
berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah
satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para
pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan
kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik
kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan
kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya
berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Faktor lainnya
adalah karena pendidikan tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Padahal
dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah telah disebutkan mengenai pemerataan pendidikan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
“Tiap-tiap
warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid
suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan
pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.”
Namun
faktanya, kebijakan ini tidak berjalan dengan mulus. Seringnya, masyarakat
kelas bawah tidak mendapat akses pendidikan yang memadai akibat mahalnya biaya
pendidikan. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000,
sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk
SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Memang
bukan hanya dua faktor diatas yang mempengaruhi mundurnya kualitas pendidikan
di Indonesia, namun setidaknya permasalahan inilah yang paling sering dijumpai.
Ibu Y telah menyadarinya terutama pada faktor kedua. Memang inilah hal yang
harus diketahui oleh para pendidik. Karena dengan begitu, jika mereka menjumpai
anak yang mampu mengecap bangku sekolah (dalam hal ini TK), maka para guru
tersebut tidak akan menyiakannya. Bisa saja mungkin para guru akan membangun
inisiatif untuk mendidik anak-anak yang kurang mampu (faktor #1) serta
membangkitkan kemampuan dirinya sebagai guru untuk memperhatikan kebutuhan,
minat dan bakat yang dimiliki siswanya (faktor #2).
Mekanisme
pembelajaran yang diberlakukan pada TK Dharma Pancasila adalah dalam satu hari,
guru memberikan 3 materi dalam durasi 60 menit (maksimal untuk satu materi
berdurasi 20 menit). Ibu Y akan memberikan 3 buah instruksi sekaligus, kemudian
anak akan mengerjakannya secara berurutan. Sangat baik jika memisahkan jenis
tugas untuk kelompok A dan B yang disesuaikan pada materi dan kemampuan mereka.
Ibu Y telah melakukan hal tersebut selama ini namun tidak untuk semua tugas,
sehingga hal ini berdampak pada perbedaan waktu yang signifikan bagi anak
kelompok A dan B saat menyelesaikan tugasnya. Pada suatu waktu anak kelompok B
telah menyelesaikan ketiga tugas, sehingga mereka cenderung ‘menganggur’
setelah itu meskipun ada beberapa anak yang meminta tugas tambahan. Namun pada kelompok
A, mungkin saja anak masih mengerjakan tugas kedua atau malah masih ada yang
mengerjakan tugas pertama.
Guru
yang dikategorikan baik atau buruk terlihat dari tampilannya di dalam maupun
luar kelas. Ada 10 kualitas guru baik yang terdapat di buku Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogo karya Prof. Dr. Sudarwan Danim (2013), lebih tepatnya
beliau mengambil dari situs http://www.ripplesofimprovement.com
dengan melakukan penambahan sesuai dengan yang beliau pahami. Kesepuluh
kualitas tersebut adalah:
1. Confidence.
Tetap
memiliki kepercayaan diri meskipun sesekali merasakan kemuduran.
2. Patience.
Bersedia melakukan apa yang harus dilakukan, tidak peduli seberapa lama waktu
yang dibutuhkan.
3. True
compassion to their students. Memberikan perhatian
ekstra dengan senang hati. Mereka peduli dengan siswanya meski berada diluar
tembok kelas.
4. Understanding.
Memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana mengajar. Mereka fleksibel dalam
gaya mengajarnya dan menyesuaikannya setiap hari jika diperlukan.
5. The
ability to look at life in different way and to explain a topic in a different
way. Melakukan pengajaran berdasarkan bagaiamana
siswanya belajar, meskipun ini bukan hal yang mudah.
6. Dedication
to excellent. Menginginkan pencapaian yang maksimal
dari siswa dan dirinya sendiri.
7. Unwavering
support. Mendorong siswa untuk berprestasi dan
memberikan keyakinan besar bahwa siswa tersebut bisa memahami materi pelajaran
dengan baik.
8. Willingness
to help student achieve. Mereka membantu siswa
mencapai prestasi terbaik, sehingga tak jarang mereka tetap mengajar ketika bel
teah berbunyi. Mereka memberi pelajaran tambahan bagi siswa setelah sesi kelas.
9. Pride
in student’s accomplishment. Mereka sangat bangga
dengan siswa yang berhasil mendapatkan nilai yang baik dan memperoleh
kehormatan di tengah masyarakat.
10. Passion
for life. Mereka tidak hanya tertarik pada
bidangnya, melainkan juga dengan hal-hal lain. Mereka adalah manusia biasa
tetapi selalu ada alasan untuk membuat siswa terus maju.
Keterbatasan
data yang saya dapatkan pada saat wawancara sangat terbantu dengan data
observasi yang saya dapatkan tentang ibu Y saat menjalankan tugasnya sebagai
pengajar. Saya mencoba membahas kualitas yang -secara sadar ataupun tidak-
beliau miliki. Sesuai dengan sepengamatan saya, beliau memiliki setidaknya 70 %
dari 10 kualitas guru baik diatas. Saya melakukan observasi sebanyak dua kali
dan saya optimis bahwa beliau mungkin memiliki 30 % sisanya.
Kemapuan
memahami karakter anak yang berbeda merupakan penerapan prinsip pedagogi yang
kedua. Prinsip ini berorientasi pada proses mengkombinasikan karakter kolektif
dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap keribadian siswa. Ini
berarti bahwa jika proses pedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang yang
dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda, setiap anggota memiliki
kekhususan unik yang membedakan seorang
murid dari murid yang lain, dan memiliki hak untuk dipertimbangkan dan
dihormati juga. Sejauh yang dapat saya amati, ibu Y sudah memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang prinsip ini, sehingga itu akan membantunya memaksimalkan
perannya sebagai guru.
BAB
IV
KESIMPULAN
Guru
memilki peran sentral dalam dunia pendidikan. Guru berperan dalam menyampaikan
informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada murid agar mereka
mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Guru melakukan
perencanaan, pelaksanaaan, penilaian, menganalisis hasil, melakukan refleksi,
dan membuat tindak lanjut bagi kegiatan mengajar selanjutnya.
Ibu
Y merupakan seorang guru, sudah menikah, berusia 41 tahun dan memiliki
pengalaman mengajar selama 8 (delapan) tahun di Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Pancasila, Jl. Dr. Mansyur No. 71
B. Pernah mengikuti kursus di Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak Tanika Puri
selama 6 bulan. Ibu Y merupakan guru utama di kelas dengan 12 orang anak yang
terbagi mejadi dua kelompok, kelompok A (4-5 tahun) dan kelompok B (5-6 tahun).
Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah kurikulum tematik yang fleksibel.
Di luar jam sekolah ibu Y juga memberikan jam belajar tambahan (les).
Menurutnya,
pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak agar Indonesia menjadi
Negara yang maju serta bisa membantu dan mengubah tingkat perekonomian keluarga
yang bersangkutan. Motivasi beliau mengajar kerenakan panggilan jiwa untuk
dekat dan berinteraksi dengan anak-anak. Responden memandang anak sebagai
individu yang positif, memiliki karakter unik, serta memiliki kemampuan yang
berbeda pula.
Ibu
Y adalah sosok yang penyayang di mata para muridnya. Di sisi lain, sesuai
dengan pengamatan yang saya lakukan, setidaknya beliau sudah memiliki 70 %
kemampuan dari 10 kualitas guru yang baik. Saya melakukan observasi sebanyak
dua kali dan saya optimis bahwa beliau kemungkinan besar memiliki 30 % sisanya.
Kemapuan
memahami karakter anak yang berbeda merupakan penerapan prinsip pedagogi yang
kedua. Prinsip ini berorientasi pada proses mengkombinasikan karakter kolektif
dan individual pendidikan serta penghormatan terhadap keribadian siswa. Sejauh
yang dapat saya amati, ibu Y sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
prinsip ini sehingga itu akan membantunya memaksimalkan perannya sebagai guru.
BAB
V
SARAN
Saran
untuk Guru
·
Pada saat mengajar, guru lebih teliti
dalam melihat apakah anak sedang dalam kondisi memperhatikan. Jika belum, maka
mintalah anak untuk memperhatikan guru, dan jika sudah makan proses mengajar
bisa dimulai/dilanjutkan.
Saran untuk Sekolah
·
Menyediakan guru tambahan minimal 1
orang untuk berbagi tugas dalam kelas, baik pada saat mengajar maupun
mengontrol anak, agar proses pembelajaran berjalan lebih maksimal.
·
Melakukan pemisahan kelas karena hal-hal
dibutuhkan anak pada kelompok A dan B bisa berbeda, serta karakteristik dan
kemampuan yang berkembang pada mereka yang juga berbeda.
Saran untuk pewawancara (Interviewer)
·
Sebelum memasuki setting wawancara, sebaiknya iter sudah menguasai teori yang akan
diungkap pada saat wawancara, mengetahui hal-hal yang akan diperdalam sehingga
mempermudah usahanya mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.
·
Gunakanlah waktu sebaiknya-baiknya,
efektif, dan efisien.
·
Berikan reward setelah wawancara dilakukan sebagai bentuk terima kasih
kepada responden.
Saran untuk Mata Kuliah Paedagogi
·
Tetaplah lakukan tugas lapangan ini
karena dengan begitu mahasiswa akan lebih terlatih untuk melakukan pendekatan
dengan orang lain, melatih kemampuan wawancara, serta membuat mahasiswa terjun
langsung ke lapangan pendidikan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, P. D. (2013). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung:
CV. Alfabeta.
Do you realize there is a 12 word phrase you can speak to your crush... that will induce intense feelings of love and instinctual attraction for you deep inside his chest?
BalasHapusBecause deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, admire and guard you with all his heart...
12 Words Will Fuel A Man's Love Instinct
This impulse is so hardwired into a man's mind that it will make him work better than before to love and admire you.
As a matter of fact, triggering this all-powerful impulse is so essential to achieving the best possible relationship with your man that as soon as you send your man a "Secret Signal"...
...You will soon find him open his soul and mind to you in such a way he never expressed before and he'll distinguish you as the only woman in the galaxy who has ever truly tempted him.